Mohon tunggu...
Dessy Try Bawono Aji
Dessy Try Bawono Aji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Pemula

Pepatah bilang : life begin at forty, maka boleh dibilang saya ini sedang menjemput hidup. Dan karena masih lajang, bolehlah sekalian menjemput jodoh. Sebagai seorang lelaki berperawakan sedang dengan kulit sawo matang khas ras nusantara yang sedang gemar menulis, tentulah pantang menyerah untuk belajar dan terus belajar. Sebagaimana nenek moyangku yang seorang pelaut, kan kuarungi pula luasnya samudera. Samudera ilmu, samudera kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Tak Bisa Disalahkan

16 Juni 2019   01:46 Diperbarui: 19 Februari 2020   03:17 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:https://paragram.id/berita/kata-kata-cinta-segitiga-ini-pasti-pas-buat-kamu-deh-4910)

"Sudah terjawab kan ?"

Suara Restu keluar dari balik jari jemarinya yang masih menutupi mulut dan hidung. Dina senyumnya kulihat makin melebar sambil memperhatikan sahabat di sampingnya. Tangannya masih merangkul, dan kini telapaknya bergerak menepuk-nepuk lengan kiri Restu. Aku mengangguk dan membalas sorot tajam mata Restu dengan sorot mata tajam pula.

Dina mendadak melambaikan tangan ke arah pintu masuk perpus. Aku menoleh ke sana, kulihat salah satu kawan mereka tengah melambaikan tangan ke arah kami. Sepertinya aku sudah familier sama kawan mereka itu, kita pernah berkenalan sewaktu mengantarkan Restu malam-malam ke lab kampusnya.

"Kamu mau bolos praktikum Res ?!" tegurku ke Restu.

Lagi-lagi akhirnya aku yang harus menyadarkannya dari larut emosi. Restu sontak melepas total kedua telapak tangan yang masih menutupi separuh wajahnya, tersadarkan. Dia menggeleng sambil tersenyum. Dina segera mengambil tasnya dan menyandatkan di bahu kanan lalu hendak bangkit berdiri. Restu buru-buru memegang lengan sahabatnya itu, menahan sejenak.

"Kami pamit dulu ya...", katanya.

Aku tak menjawab, lebih dulu bangkit dari duduk lalu kuambilkan tasnya yang masih tergeletak di meja dan menyerahkan padanya. Disambut terima tasnya lalu bangkit berdiri bersamaan dengan Dina, ditatapnya lagi mataku kuat-kuat dan dikembangkan senyumnya seperti biasa. Kemudian berbalik dan melangkah berdua menggandeng tangan Dina. Meninggalkanku sendiri bersama buku-buku yang tergeletak di meja, menatap kepergian mereka berdua.

Dapat tujuh langkah berjalan, Dina tampak menoleh sambil tetap melangkah dan mengucapkan kalimat tanpa suara. Jadi mulutnya saja yang komat-kamit kayak dukun baca mantera, tapi mudah sekali terbaca. Aku mengangguk sambil tersenyum, lalu kutelangkupkan kedua telapak tangan di dada seperti yang dilakukannya sewaktu berkenalan tadi sambil sedikit membungkuk.

Hingga mereka menghilang dari pandangan, aku masih berdiri menatap. Sambil menancapkan kalimat tanpa suara Dina ke otakku agar tak lupa. Yang kubaca dari komat-kamitnya mulut Dina adalah : "Jangan lupa makan-makannya ya......!"

Ah..., ada-ada saja kisah yang kualami ini, gumamku dalam hati. Semua terjadi betul-betul di luar rencana dan di luar dugaan. Kisah anak manusia yang tak berdaya melawan takdir Sang Raja Manusia.

Algoritma Cinta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun