Mohon tunggu...
Dessy Try Bawono Aji
Dessy Try Bawono Aji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Pemula

Pepatah bilang : life begin at forty, maka boleh dibilang saya ini sedang menjemput hidup. Dan karena masih lajang, bolehlah sekalian menjemput jodoh. Sebagai seorang lelaki berperawakan sedang dengan kulit sawo matang khas ras nusantara yang sedang gemar menulis, tentulah pantang menyerah untuk belajar dan terus belajar. Sebagaimana nenek moyangku yang seorang pelaut, kan kuarungi pula luasnya samudera. Samudera ilmu, samudera kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Tak Bisa Disalahkan

16 Juni 2019   01:46 Diperbarui: 19 Februari 2020   03:17 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:https://paragram.id/berita/kata-kata-cinta-segitiga-ini-pasti-pas-buat-kamu-deh-4910)

"Jangan sensitif gitu dong...! Oke, nggak bakal kuisi pulsanya, tapi apa salahnya aku kasih info stok jualanku ? Kan jadi tugasku juga buat nawarin produk perusahaanku ? Barangkali Nona mau beli...?"

"Hahaha...., iya ya ?! Tapi..., apa nggak sia-sia usahamu ? Orang di sini juga banyak yang jualan pulsa..."

"Ya, itu kan persoalan rejeki Non, udah ada yang ngatur. Banyak faktor alasan orang mau membeli sebuah produk, tak cuma karena jaraknya yang dekat, kedekatan rasa dengan si penjual juga bisa jadi faktor kok..."

"Hahaha..., iya iya, tapi ma'af ya Koh... Kedekatan rasaku ini tak boleh terkontaminasi dengan urusan bisnis !" jawab Restu tak terduga.

Aku ikut tertawa mendengar refleks becandanya yang cukup kreatif. Baru kali ini dia memanggilku dengan sebutan "Koh", aslinya sih "Koko", sebutan untuk pedagang Cina yang cowok.

"Iya bener juga kamu ya Res..., tinggal mutihin kulit dikit, udah kayak koko-koko aku ya...?!"

"Baru nyadar ?! Aku udah dari awal...hihihi..."

Kami terdiam sejenak, masing-masing kami sedang memikirkan kalimat-kalimat apalagi yang hendak dipakai biar ngobrolnya jadi asyik. Aku sendiri sambil mengurai kesadaran, perutku yang tadinya lapar kini tak terasa. Badan yang tadinya terasa capek, kini serasa ringan tanpa beban. Mungkin inilah yang dimaksud salah satu pelanggan wartelku, ngkong-ngkong yang sudah uzur yang dulu kala mudanya gemar main perempuan, kata dia wanita itu adalah candu terbaik di dunia ini, melebihi segala macam produk narkoba yang pernah dia konsumsi. Lalu selalu menutup obrolan dengan nasehat-nasehat dan petuah-petuah bijak tiongkoknya.

Pelanggan wartelku itu macem-macem, ada yang lucu, ada yang unik, ada yang pemarah, ada yang pelit, ada yang jahil, pokoknya macem-macemlah. Hampir semuanya sudah pernah kuceritakan ke Restu, dan kini aku belum nemu yang unik-unik lagi, habislah stok ceritaku maka aku terdiam.

"Res...", kataku mencoba mengawali.

"Mas..." kata Restu terpaut hanya sepersekian detik, boleh dikata tepat bersamaan dengan ucapanku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun