Mohon tunggu...
Dessy Try Bawono Aji
Dessy Try Bawono Aji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Pemula

Pepatah bilang : life begin at forty, maka boleh dibilang saya ini sedang menjemput hidup. Dan karena masih lajang, bolehlah sekalian menjemput jodoh. Sebagai seorang lelaki berperawakan sedang dengan kulit sawo matang khas ras nusantara yang sedang gemar menulis, tentulah pantang menyerah untuk belajar dan terus belajar. Sebagaimana nenek moyangku yang seorang pelaut, kan kuarungi pula luasnya samudera. Samudera ilmu, samudera kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Tak Bisa Disalahkan

16 Juni 2019   01:46 Diperbarui: 19 Februari 2020   03:17 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:https://paragram.id/berita/kata-kata-cinta-segitiga-ini-pasti-pas-buat-kamu-deh-4910)

"Kenapa nggak sekarang aja sih Ca....?!" rengekku.

"Heish...! Kamu bentar lagi meski praktikum dan aku ada janji sama dosen pembimbing. Kamu salahnya sendiri gak dari kemaren-kemaren....", tampik Ica atas rengekanku.

Aku menghela nafas, kuteguk segelas kopiku - tak lagi kusruput. Otakku makin butuh zat penenang seperti kafein, bahkan mungkin nikotin. Ica paham gelagatku, dia pastikan kalau aku sebentar lagi pasti menyulut rokok. Maka berpamitanlah dia, Anty dan Lista, kemudian meninggalkanku sendiri bersama semua kertas bon yang harus kubayar.

Prediksi Ica benar, kubayar semua bon ke Bu kantin plus kubeli sebungkus rokok, takperlu kusebut merknya. Lalu kuhampiri Yuna buat menemaniku merokok di tempat lain. Tak akan pernah ajakan merokok itu ditolaknya, kecuali sedang sibuk sekali dengan urusan pribadi.

"Tumben-tumbenan ada apa Ik?", tanya Yuna sepanjang perjalanan menuju lahan di sudut laboratorium yang ditumbuhi pohon liar tapi malah menyerupai taman. Lokasi paling aman buat merokok di kampus kami. Aman bukan terhadap larangan, tidak ada larangan merokok waktu itu. Tetapi aman dari cibiran dan penolakan dari para aktivis anti rokok di kampus yang kian hari kian bertambah saja jumlahnya, mayoritasnya mahasiswi.

"Ada urusan mendesak brother, aku kayaknya gak bisa menunda", jawabku sambil menghisap sebatang rokok perdana itu kuat-kuat. Perdana artinya yang pertama kali terambil dari bungkusnya, bukan merek.

Yuna semakin penasaran dan terus mendesak. Terpaksa kuceritakan sedikit kisah untuk mengurangi paling tidak 20 % beban pikiran di kepala. Dengan Yuna, aku yang tergolong introvert ini bisa terbuka. Yuna adalah anak sulung dengan 7 adik, cukup supel dan sabar berhadapan denganku yang notabene anak bungsu. Nasibnya tidak begitu baik, dia lahir di tengah keluarga yang minim penghasilan. Beruntunglah karena ada nikmat Ilahi yang begitu jelas tampak padanya, yaitu anugerah kecerdasan.

Yuna hanya perlu sekali membaca catatan untuk kemudian hafal dan siap mengikuti ujian. Kecerdasan itulah yang membuatnya tak perlu ketertiban waktu belajar sehingga jam berapapun siap jadi kawan ngobrol ataupun kawan keluyuran bagi kawan-kawan. Kecerdasan itu pula yang membuatnya tetap bertahan hidup selama ini dari ditraktir kawan-kawan yang dikasih contekan jawaban setiap ujian. Hampir tiap hari ada ujian di kampusku, mulai pre-test dan post-test (dalam praktikum laboratorium), ujian dadakan dari para dosen yang super sibuk, mid semester sampai ujian semester.

Quote:

Belakangan hari, Yunalah yang mengajakku bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta setelah mendapat posisi yang lumayan berpengaruh di sana.

Perjuangan Tak Sia-sia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun