Mohon tunggu...
Dessy Try Bawono Aji
Dessy Try Bawono Aji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Pemula

Pepatah bilang : life begin at forty, maka boleh dibilang saya ini sedang menjemput hidup. Dan karena masih lajang, bolehlah sekalian menjemput jodoh. Sebagai seorang lelaki berperawakan sedang dengan kulit sawo matang khas ras nusantara yang sedang gemar menulis, tentulah pantang menyerah untuk belajar dan terus belajar. Sebagaimana nenek moyangku yang seorang pelaut, kan kuarungi pula luasnya samudera. Samudera ilmu, samudera kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Tak Bisa Disalahkan

16 Juni 2019   01:46 Diperbarui: 19 Februari 2020   03:17 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:https://paragram.id/berita/kata-kata-cinta-segitiga-ini-pasti-pas-buat-kamu-deh-4910)

Edi ini mahasiswa D3 yang di luar kewajaran. Harusnya tahun kemarin dia sudah tamat pendidikan. Berhubung pernah ngalamin depresi berat akibat revisi gambar yang menumpuk, pihak manajemen kampusnya kasih dispensasi khusus buat dirinya seorang. Jurusan yang diambil adalah teknik perkapalan, tapi hobynya bukannya ke laut malahan mendaki gunung. Bersama Yuna cs., dia sering ekspedisi menakhlukkan puncak-puncak gunung di seantero pulau Jawa. Kawan-kawan kostnya sering menyindir Edi sebagai cucu Nabi Nuh yang tersesat, sedang aku kerap memanggilnya Laksamana Cheng Ho.

"Lha awakmu juga nyahpo rung turu ?" balas tanya Edi padaku.

"Biasa..., depresi !"

"Hah ! Sialan kamu !" serunya sambil memukul dada kananku pelan.

Aku terbatuk-batuk, pura-pura. Edi dan kedua kawannya tertawa terkekeh. Obrolan kami berlanjut sampai tinggal kami bedua, kalau Sebeh diikutkan dalam hitungan ya jadi bertiga. Jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan Sebeh sudah menunjuk angka 03.15 wib, kutengok sembari memesan tambah minuman lagi dua gelas. Aku dan Edi sepakat untuk menghabiskan waktu hingga subuh, sekalian nemenin Sebeh, daripada ditemenin dedemit (hantu) lokal sebagaimana dia biasa bercerita.

"Beh, apa manteranya supaya cewek itu kanthil (nempel, gak bisa dipisah) sama kita ?" tanyaku ke Sebeh setengah berbisik di sampingnya, tapi karena sepinya suasana jelang subuh, Edi pun bisa mendengarnya.

"Ha o.., gampang kuwi (mudah itu ) Mas, main ke kontrakan nanti tak ajarin !" jawab Sebeh serius, padahal niatku cuman bercanda.

"Sip Beh ! jawabku sambil mengacungkan jempol.

"Jangan di bawah jam 12 siang, saya masih tidur. Antara jam 1 sampai jam 3, kalau sore saya sudah harus persiapan jualan..."

"Hahaha..., siyap Beh !"

"Kenopo rak saiki wae (kenapa nggak sekarang aja) sih Beh ?!" celetuk Edi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun