Mohon tunggu...
Dessy Try Bawono Aji
Dessy Try Bawono Aji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Pemula

Pepatah bilang : life begin at forty, maka boleh dibilang saya ini sedang menjemput hidup. Dan karena masih lajang, bolehlah sekalian menjemput jodoh. Sebagai seorang lelaki berperawakan sedang dengan kulit sawo matang khas ras nusantara yang sedang gemar menulis, tentulah pantang menyerah untuk belajar dan terus belajar. Sebagaimana nenek moyangku yang seorang pelaut, kan kuarungi pula luasnya samudera. Samudera ilmu, samudera kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Tak Bisa Disalahkan

16 Juni 2019   01:46 Diperbarui: 19 Februari 2020   03:17 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:https://paragram.id/berita/kata-kata-cinta-segitiga-ini-pasti-pas-buat-kamu-deh-4910)

"Iya iya ! Udah, nggak usah dipanjangin sih mas mbahas ginian !"

"Kamu masih nggak ikhlas ya sama pilihan lokasi ini ? Apa kita batal aja, nggak jadi di sini ?"

"Eh, nggak...enggak ! Tuh kan..., malah gantian ngambek..., udah digelar aja matrasnya gih...!"

"Ngambek gimana maksudnya ? Justru aku tuh nggak mau kamu terpaksa..."

"Iya iya..., aku ngerti. Enggak, aku nggak ngambek soal lokasi, tapi karena kamu ketawain penampilanku..."

"Kan wajar Res, kamu nggak biasa tampil begini jadi terkesan culun, kalau aku geli...." kataku, lagi-lagi dipotongnya.

"Iya aku juga wajar kan mas ?! Ngambek sebagai perempuan karena penampilannya ditertawakan..."

"Iya deh, iya deh..., ma'af tuan putri" kataku sambil sedikit membungkukkan badan.

Restu tertawa, dicubitnya pipi kananku yang berlesung pipit. Dia sering gemes kalau ngeliat lesung pipitku ini, tapi apesnya justru malah sering kena cubit. Kulepas tali penahan matras pada tas, kuambil matrasnya lalu kugelar di bawah pohon kayu putih yang kaya manfaat itu. Kupersilahkan Restu lebih dulu duduk layaknya mempersilakan seorang putri raja, tapi ditariknya tanganku buru-buru agar duduk bareng. Jadilah kini kami berdua seperti biasa, duduk bersebelahan saling menempel dengan tangannya bergelayut pada lenganku.

"Eh, ini pohon kayu putih bukan ?" tanya restu baru menyadari setelah melihat batang pohon dari jarak dekat.

"Iya".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun