Mohon tunggu...
Dessy Try Bawono Aji
Dessy Try Bawono Aji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Pemula

Pepatah bilang : life begin at forty, maka boleh dibilang saya ini sedang menjemput hidup. Dan karena masih lajang, bolehlah sekalian menjemput jodoh. Sebagai seorang lelaki berperawakan sedang dengan kulit sawo matang khas ras nusantara yang sedang gemar menulis, tentulah pantang menyerah untuk belajar dan terus belajar. Sebagaimana nenek moyangku yang seorang pelaut, kan kuarungi pula luasnya samudera. Samudera ilmu, samudera kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Tak Bisa Disalahkan

16 Juni 2019   01:46 Diperbarui: 19 Februari 2020   03:17 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:https://paragram.id/berita/kata-kata-cinta-segitiga-ini-pasti-pas-buat-kamu-deh-4910)

"Boleh aku minta waktu ?" tanyanya kemudian sambil kembali menatapku.

"Nggak boleh !", jawabku sekenanya dengan senyum sinis. Melihat responku ini Restu tertawa tapi cemas.

"Iii...ih, kok gitu sih...?!"

"Kelamaan !" jawabku sekenanya lagi.

Dia terdiam lagi, dialihkan pandangannya lurus ke depan, menerawang dan tampak semakin cemas. Aku merenung menangkap fenomena ini. Ternyata akhirnya gantian kondisinya, setelah sebelumnya aku yang berpikir seperti itu sampai berhari-hari.

Restu menelangkupkan kedua telapak tangan menutup wajahnya, sesaat kemudian dibukanya. Aku terkejut, ada bulir air mata yang hampir jatuh buru-buru diusapnya dengan jari. Matanya kini berkaca-kaca, membuatku tak tega melihatnya. Sikap dudukku kubenahi lebih sopan, begitu pula sikap pandangku. Tapi aku tak tau harus berbuat apa terhadap keadaan ini, hanya bisa terdiam dalam kerisauan.

Sejurus lalu aku tersadar, kulirik jam tangan, ternyata jam bertamu hanya tersisa 10 menit saja. Tumben bapak kostnya Restu nggak patroli malam ini ? Gumamku dalam hati. Aku harus segera ambil sikap, Restu takmungkin mengakhiri. Dia sedang hanyut dalam pikirannya yang campur aduk.

"Ya sudah Res, kamu..." kataku, lagi-lagi terpotong. Kali ini terpotong oleh pegangan tangannya di lenganku, seperti tadi.

Dua bola matanya yang lebar masih berkaca-kaca, menatapku serius. Mulutnya tetap terkatup takbisa bicara, cengkeraman tangannya yang makin dikencangkan. Tampaknya aku bisa memahami, kulanjutkan bicaraku.

"Iya iya, aku ngerti...", kataku lembut menenangkan. Kupegang lembut tangannya yang mencengkram lenganku.

"Simpan kalimatmu buat besok, aku sudah mema'afkanmu dari tadi tanpa syarat sebetulnya. Tentang pertanyaanku soal hubungan kita tadi spontan terucap begitu saja. Aku minta ma'af kalau malah bikin kamu menangis..."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun