Mohon tunggu...
Dessy Try Bawono Aji
Dessy Try Bawono Aji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Pemula

Pepatah bilang : life begin at forty, maka boleh dibilang saya ini sedang menjemput hidup. Dan karena masih lajang, bolehlah sekalian menjemput jodoh. Sebagai seorang lelaki berperawakan sedang dengan kulit sawo matang khas ras nusantara yang sedang gemar menulis, tentulah pantang menyerah untuk belajar dan terus belajar. Sebagaimana nenek moyangku yang seorang pelaut, kan kuarungi pula luasnya samudera. Samudera ilmu, samudera kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Tak Bisa Disalahkan

16 Juni 2019   01:46 Diperbarui: 19 Februari 2020   03:17 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:https://paragram.id/berita/kata-kata-cinta-segitiga-ini-pasti-pas-buat-kamu-deh-4910)

Keinginan untuk menemui Restu takbisa dibendung, meronta menguasai otak. Mungkin memang aku yang salah, seharusnya yang berusaha kukuasai adalah keinginan itu, bukan otakku. Keinginan yang muncul akibat berpapasanku dengan Restu pagi tadi tanpa sengaja. Awalnya kecil saja keinginan itu, tapi seiring berputarnya jarum jam ternyata makin membesar. Menjebol penguasaan otak sadarku yang sedari malam telah mengatur secara rinci urutan schedul hari ini.

"Hai Res, tumben sudah rapih...", sapaku pagi tadi. Menyapa Restu yang berdiri di depan pintu kostnya, mungkin sedang menunggu kawannya.

Sejak semester 1 sampai yang ke 5 ini selalu ada jadwal kuliah pagi, tepatnya Jam 7.30 - jadwal terpagi di kampusku. Di kost baruku ini aku lebih bisa molor waktu berangkat kuliahnya, pasalnya jarak dari kost ke kampus lebih dekat. Meski begitu, takpernah sekalipun aku berpapasan dengan Restu. Tanda bahwa dia tidak ada jadwal kuliah pagi di semester ini. Sekali dua kali saat berangkat kuliah dan mendongak ke arah lantai 2 kost Restu, aku melihatnya masih mengenakan daster. Pertama yang kulihat, Restu sedang menjemur cucian. Kedua kali, bercanda dengan kawan kostnya dengan mulut ditutup tangan menjaga kesopanan.

"Eh, iya nih. Ada pertukaran jadwal", jawabnya. Senyumnya mengembang dan matanya berbinar. Terhadapku dia benar-benar tak bisa menahan rasa, terpancar jelas dari rona wajahnya.

Aku mendekat ke tembok pagar kostku agar jarak tak terlalu jauh darinya. "Mau bareng?" tanyaku sambil memantul-mantulkan kunci motor di telapak tangan.

"Emmm...aku nunggu dijemput temenku Ik, sudah janjian dari kemarin", jawabnya sedikit ragu. Kalimat lain bahwa dia sebetulnya mau, tapi kadung janjian sama kawannya.

"Aiiiiik!" Mendadak muncul suara dari arah belakang. Siapa lagi kalau bukan Ano. Ini tumben juga anak, jam segini sudah bangun. Pagi ini banyak kejadian langka kutemui, batinku.

"Pinjam helm aku ya?!" sambungnya. Berdiri Ano di teras kost, tangan kanannya memegang helmku yang berwarna biru tua polos, warna favoritku.

"Eh, ada dek Restu cantiek! Aduhai..., taksia-sia aku bangun sepagi ni" Lagi-lagi kalimat rayuan terlontar dari mulutnya. Yang dirayu membuang muka, kakinya sebelah kanan digerak-gerakkan dalam ritme beraturan.

"Mau kemana No' pagi-pagi gini?" tanyaku.

"Nemenin si Gembo mo cari sparepart seken ke bawah."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun