Quote:
Wahai Layla...
Cinta telah membuatku lemah tak berdaya
Seperti anak hilang, jauh dari keluarga dan tidak memiliki apa-apa
Cinta laksana air yang menetes menimpa bebatuan
Cinta berlalu dan bebatuan itu akan hancur berkepingan
Berserak bagai kaca berpecahan
Begitulah cinta yang engkau bawa padaku
Dan kini telah hancur binasa hatiku
Hingga orang-orang memanggilku si gila yang suka merintih dan menangis pedih
Mereka mengatakan bahwa aku telah tersesat
Duhai, mana mungkin cinta akan menyesatkan
Jiwa mereka sebenarnya kering, laksana dedaunan
Diterpa panas mentari siang
Bagiku cinta adalah keindahan
Yang membuat mata tak bisa terpejam
Pemuda mana yang bisa selamat dari api cinta ?
Layla Majnun - Nizami Ganjavi
Kuletakkan buku yang baru sedikit terbaca di atas dadaku, sebuah buku boleh pinjam dari kawan kost Yuna yang religius. Aku sedang tiduran di atas kasur tanpa dipan yang tergelar di kamar kost berukuran 3 x 3 meter. Ada sebuah almari kuno sederhana tak berukir di dekat pintu kamar. Almari berpintu dua dengan cermin di salah satu pintunya. Di balik pintu terdapat papan gantungan baju, berbagai pakaian mulai dari celana jeans, kemeja, jaket sampai dasi tergantung memenuhi tiap cantolan hingga tak bersisa. Di sudut dekat jendela kamar yang posisinya berlawanan dengan pintu, terdapat meja belajar yang ditumpangi satu set unit CPU dan monitor lengkap dengan printernya. Bidang meja yang tersisa dipenuhi tumpukan buku-buku, alat tulis dan berlembar-lembar kertas.
Aku masih belum bisa tidur, sedang Andi sedari tadi telah terlelap di sampingku. Ya, aku sedang berada di kost Andi, pacarnya Novi. Sudah 3 hari ini aku pindah tinggal sementara di situ, jadi "penumpang gelap". Mandi di situ, tidur di situ, makan juga di situ. Bukan karena apa, hanya demi menjalani komitmenku bersama Restu untuk tidak saling bertemu selama seminggu. Sebetulnya sih tak harus sampai mengungsi begini, toh aku dan dia tak tinggal dalam satu kost. Tapi karena terlalu dekat jaraknya, kupikir tidak sempurna nanti dalam menjalani komitmen. Terlalu besar peluang saling bertemu kalau masih tetap tinggal di kost an, sangat naif bagi kami yang sedang bersepakat buat tak saling jumpa.
Kulihat jam di dinding kamar bergambar lambang salah satu klub sepakbola Italy itu sudah menunjukkan pukul 01.33 wib, tapi mataku belum juga bisa terpejam. Padahal buku yang kubaca itu lumayan tebal, jadi sedikit terbaca yang kumaksud tadi ya sebetulnya sudah lumayan menghabiskan banyak lembar halaman. Buku dengan judul "Kisah 1001 Malam" tercetak pada hard cover nya.Dan sore hari tadi, aku sudah berlelah-lelah main sepak bola bersama kawan-kawan kost Andi di sebuah tanah bidang yang konturnya sedikit miring, berlokasi di belakang gedung Fakultas Kedokteran jurusan Psikologi. Karena konturnya yang sedikit miring itulah, kami biasa menyebut sebagai "lapangan miring".
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176