"Oke Nok, yuk !" kataku sambil menyodorkan hape kembali padanya.
"Ya kunci motor kasih dulu ke Yuna dong Ik, orangnya lagi di lab mbantuin si Ani tuh... ! Aku takmberesin urusan nih ma kawan-kawan bentar, taktunggu di parkiran depan", jawab Tisna kali ini sambil pegang kunci mobil. Hapenya sudah dia masukkan lagi ke tas yang lebih mirip tasnya emak-emak kalau lagi pada belanja ke mall.
Aku tak menjawab, segera berbalik arah menuju pintu keluar ruang dan cepat-cepat melangkah menuju Laboratorium Histologi, dimana Yuna lagi mbantuin Ani. Yang kutahu sih dua minggu lalu Ani bawa sekardus mencit putih, katanya buat uji hipotesa, entah tentang apa aku tak tau dan tak mau tau. Kali ini mungkin mereka lagi pada mbedah tuh mencit. Kasian emang hewan mungil itu, cuma dibeli buat dibunuh, dibedah lalu bangkenya dikasih makan ke ikan lele piaraan Pak Nano Laboran.
"Kamu butuh motor Yun ? Nih bawa aja punyaku !" kataku sesampai di lab dan menjumpai Yuna.
Aku setengah berteriak, terhenti termangu di depan pintu lab gegara Ani kasih isyarat verboddendengan kedua tangannya begitu melihatku mau masuk. Kulempar kunci motorku segera ke arah Yuna setelah dia mengiyakan pertanyaanku. Yuna terima lemparan kunci motorku dengan sigap.
"Lho kamu belum berangkat Ik ? Nggak telat ?" tanya Ani.
"Aku nebeng si Tinok, tanggung jawab dia, kebanyakan mbacot tadi di forum makan banyak waktu !" seruku sambil melambaikan tangan dan lekas ngeloyor pergi.
"Rasain kamu !", seru Ani dari balik dinding lab sembari tertawa bersama Yuna.
Tak kugubris tawa mereka, setengah berlari kulanjutkan langkahku kembali ke gedung dekanat. Jarak dari gedung laboratorium ke gedung dekanat lumayan jauh sedang waktu jedaku semakin sempit.
Tisna menunggu di dalam mobilnya yang terparkir di depan gedung, model SUV warna merah dengan sticker kaca depan bertuliskan THINKING FAST BUT KEEP CALM. Kubuka pintu depan sebelah kiri lalu ambil duduk di sebelahnya, nafasku terengah-engah. Tisna memperhatikanku sambil tertawa sebelum mulai memutar kunci menghidupkan mesin. Sejurus kamudian kami meluncur menyusuri jalan kampus. Tisna dengan lihainya kendalikan stir mobil, tancap gas dan ambil rute tercepat untuk sampai jalan raya.
Tak sampai 10 menit, kami telah berada di pintu tol. Senyum manis pegawai tol menyambut uluran uang dari Tisna. Segera ditutupnya kaca pintu mobil setelah uangnya diterima, kembali pegang stir dan tancap gas begitu palang pintu tol terbuka.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176