"Omang sama siapa tuh mas ?" tanya Irin setengah berbisik setelah posisinya tepat di sebelahku. Kepalanya menunjuk ke arah Restu dan Omang, nafasnya masih agak tersenggal akibat perjalanannya tadi mengiring para peserta diksar dari pos III.
"Sana samperin aja ah..., kenalan sendiri !" jawabku. Bukan jawaban yang keluar dari mulutku, tapi malah perintah.
Irin bersama keempat rekan panitia segera melangkah menuju tempat Omang dan Restu kubiarkan berdua. Aku melangkah mendekat ke barisan peserta mendampingi Ayat. Sudah takperlu lagi kukhawatirkan Restu, 100 % aku yakin akan semakin aman kalau sudah kenalan dengan 2 rekan panitia cewek yang baru datang, khususnya Irin. Tinggal satu lagi masalah, bagaimana cara bawa Restu ke pos kamp perkemahan setelah semua ini. Otakku yang memikirkannya sedari pagi, belum juga nemu jawabannya.
Kuambil walkie-talkie yang tersemat di ikat pinggang Ayat. Sedang Ayat masih memberi arahan ke peserta, kucoba berkomunikasi dengan rekan panitia yang tak kunjung kelihatan.
"Break ! Break ! Elang 5 di sini, elang 1,2,3 posisi sampai mana ? Ganti !"
"Di copy, mereka aman bersama kami di kamp perkemahan Ik, lanjut saja kalian !" jawab suara di walkie-talkie mengejutkanku. Sialan ! Suara Bang Yulan yang terdengar itu, aku hafal sekali. Bersama senior kakak tingkat yang lain, rupanya telah mensabotase plan yang sudah kami rancang, atau kelima rekan panitia yang justru mengingkari hasil keputusan rapat.
"Break ! Break ! Kabarnya ada emprit nyusup di sarang elang ya ? Ganti !" tanya suara yang kali ini kukenal milik Bang Komar, dedengkot senior yang habis diwisuda. Glek ! Kutelan ludah, kaget betul tak menyangka.
Kulirik Ayat, ternyata sudah lebih dulu dia melirikku masih sambil bicara di depan peserta. Tersungging senyum di wajahnya sebentar, lalu buru-buru kembali serius dan mengarahkan lagi pandangan ke peserta. Sialan ! Umpatku kedua kalinya. Rupanya tadi Ayat diam-diam bocorkan rahasia lewat walkie-talkie soal keberadaan Restu yang kuajak menyusul ke sini. Aku mundur dua langkah sebelum menjawab suara Bang Komar agar tak mengganggu jalannya acara.
"Dicopy Elang Jambul, bukan emprit, tapi cendrawasih. Ada di dalam lingkaran teritori, jauh dari sarang. Aman. Ganti !" jawabku kemudian lantang.
Elang jambul adalah sebutan bagi senior kehormatan, mereka yang sudah lulus tapi masih suka ikut dalam acara Pe-A kami. Sedang teritori adalah istilah batas wilayah yang dimiliki burung sejenis elang, khususnya pejantan, untuk melindungi habitat hidupnya dari elang lain yang berpotensi mengganggu. Jika ada yang nekat masuk wilayah teritorinya, burung elang tak akan segan menyambar dan menyerang.
"Dicopy, elang 5 tampaknya mulai pucat...hahaha...", balas Bang Komar dengan canda tawanya. Mukaku merah padam seketika, kutoleh arah Restu, tampak kawan-kawan panitia yang duduk-duduk bersama Restu tertawa ke arahku. Mereka dengar dengan jelas percakapanku dengan Bang Komar lewat walkie-talkie tadi. Kulihat Restu hanya tersenyum kesetrum tawa kawan-kawan, tapi sebetulnya tak faham.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176