"Betul kan Ik?!" katanya gantian menatapku, meminta pembenaran bahwa dia paham maksudku. Akupun mengangguk meng-iya-kan.
Eni yang disuruh juga hanya mengangguk - takmenjawab, segera melangkah cepat membawa bungkusan menaiki tangga ke lantai dua. Yuna wajahnya kecut ditinggalkan Eni, rayuannya putus di tengah jalan. Diliriknya Ica tanda kecewa - protes, dibalas Ica dengan tatapan tajam mempertahankan diri. Aku senyum-senyum geli melihatnya, pengin kujengguk kepala Yuna tapi kuurungkan. Dia marah besar kalau kepalanya disentuh, katanya itu sebuah penghinaan bagi orang Padang.
"Kamu ngapain sih Ik bawa-bawa Yuna segala? Mosok laki gak berani sendiri..." sindir Ica lebih kepada Yuna. Sama kayak Restu, Ica juga sensitif sama lelaki perayu.
"Kamu tuh sentimen ya emang dari dulu...?!" kata Yuna kesal.
"Kalau iya terus kenapa ?!" jawab Ica ketus sambil berkacak pinggang.
"Uwis...uwis...( sudah...sudah... )!" kataku melerai. Terpaksa bangkit aku dari duduk lalu mengambil tempat di antara mereka berdua. Kusenggol Yuna agar bergeser biar agak jauh posisinya dari Ica.
Takberapa lama Eni nongol lagi dengan sepiring kue bandung spesial coklat-keju yang uapnya yang masih mengepul. Iklim di wilayah kita tinggal ini tergolong dingin dan lembab, sering berkabut kalau malam. Makanan dan minuman yang hangat saja akan menampakkan kepulan asap di atasnya. Wajah Yuna yang tadi kecut sementara cerah kembali, begitu juga kerutan wajah Ica mulai pudar. Yuna senang melihat Eni, sedang Ica senang melihat kue bandung favoritnya.
"Situ saja dek, taruh deketnya Mbak Ica !" kataku sambil menunjuk space kosong sebelah Ica. Sengaja kudahului sebelum Ica yang memerintah sambil kuinjak telapak kaki Yuna, sebuah kode biar dia nggak berulah lagi.
"Eee..., Mbak Restu nitip nanya mbak : bolehkah ikut bergabung?" tanya Eni sambil meletakkan sepiring kue dekat Ica.
Yang ditanya takmenjawab, hanya kasih kode pakai tangan tanda gak boleh. Lalu kasih kode lagi agar Eni segera kembali ke atas. Eni menurut. Dilempar pandangan Ica kemudian ke arahku. Aku mengerti, artinya sudah ada plan yang sudah diatur Ica. Yuna menghela nafas, urung terjawab penasarannya tentang seperti apa rupa Restu yang membuatku jatuh hati.
"Icipin Ca' kuenya, coba gimana rasanya menurutmu..." responku segera untuk menunjukkan bahwa aku sudah menangkap kode tatapannya.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176