Mohon tunggu...
Dessy Try Bawono Aji
Dessy Try Bawono Aji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Pemula

Pepatah bilang : life begin at forty, maka boleh dibilang saya ini sedang menjemput hidup. Dan karena masih lajang, bolehlah sekalian menjemput jodoh. Sebagai seorang lelaki berperawakan sedang dengan kulit sawo matang khas ras nusantara yang sedang gemar menulis, tentulah pantang menyerah untuk belajar dan terus belajar. Sebagaimana nenek moyangku yang seorang pelaut, kan kuarungi pula luasnya samudera. Samudera ilmu, samudera kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Tak Bisa Disalahkan

16 Juni 2019   01:46 Diperbarui: 19 Februari 2020   03:17 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:https://paragram.id/berita/kata-kata-cinta-segitiga-ini-pasti-pas-buat-kamu-deh-4910)

"Iya mas, Ibuk pergi arisan".

"Tumben kamu mau jagain rumah sendirian...?"

Kutanya begitu karena Wulan itu manja sekali anaknya. Sewaktu masih SMP takpernah mau dia ditinggal bapak-ibunya pergi, pasti nginthil (ngekor / ngikuti) salah satunya. Kalau nggak nginthilin bapaknya ya nginthilin ibunya. Sekarang dia sudah SMA, baru saja masuk tahun ini. Mungkin sudah merasa dewasa, jadi sudah merasa malu.

"Aku numpang istirahat bentar ya Lan...", ijinku. Yang dipamiti diam saja tak menggubris.

Kumasuki pintu rumah yang bebas terbuka. Kulewati Wulan begitu saja menuju ruang tengah belok ke kiri sampai ke barisan kamar kost.
Kubuka pintu kamar Kuncoro yang takpernah dikunci, kurebahkan tubuhku di kasur yang tergelar bebas di lantai tanpa dipan. Badanku serasa capek sekali habis perjalanan jauh.

Dari rumahku sampai ke sini butuh waktu 4 jam perjalanan naik bis, melintasi 3 kota kabupaten. Kalau naik motor cukup 2,5 - 3 jam saja sih sebenernya, cuman aku lagi butuh jaga stamina. Setumpuk laporanku gak dilolosin review sama asdos. Jum'at sore kemarin dikembalikan lagi untuk direvisi, hari Seninnya sudah harus selesai dan dikumpulkan kembali. Dua proposal kegiatan organisasi juga harus selesai di hari Senin untuk diajukan. Sementara uang sakuku sudah menipis dan harus segera dicas lagi untuk bisa survive.

Untuk ngecas uang saku, tak ada jalan lain selain pulang ke rumah. Bapakku tidak mau menggunakan jasa perbankan ataupun jasa pos untuk kirim uang. Jarak yang belum terlalu jauh tak boleh memutus kontak langsung person to person, begitu prinsip beliau. Menurutku sih itu hanya alasan yang dibuat-buat saja untuk keperluan melepas kangennya. Tapi apa boleh buat, aku harus patuh dan cuma bisa nurut. Jadilah harus kukorbankan Sabtu dan Minggu untuk acara pulang-pergi ke rumah.

Tak selang berapa lama rebahan di kasur, akupun terlelap. Dan tak selang berapa lama pula aku terbangun oleh suara gaduh kawan-kawan yang pulang dari mancing. Lumayan sih meski hanya tidur sebentar, badan rasanya sudah balik segar lagi.

"Weh, ada penumpang gelap rupaya...!", kata Kuncoro. Penumpang gelap adalah sebutan populer untuk mahasiswa yang numpang pakai kamar kost kawannya.

Aku tertawa sampai tersedak melihat Kuncoro, kulit wajah dan lehernya memerah akibat terpapar sinar matahari. Begitu pula kulit lengan hingga ke jari tangannya jadi tampak semakin legam.

"Rupamu (wajahmu) Kun..., koyok (seperti) tempe gosong !" kataku sambil tertawa terpingkal-pingkal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun