Mohon tunggu...
Dessy Try Bawono Aji
Dessy Try Bawono Aji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Pemula

Pepatah bilang : life begin at forty, maka boleh dibilang saya ini sedang menjemput hidup. Dan karena masih lajang, bolehlah sekalian menjemput jodoh. Sebagai seorang lelaki berperawakan sedang dengan kulit sawo matang khas ras nusantara yang sedang gemar menulis, tentulah pantang menyerah untuk belajar dan terus belajar. Sebagaimana nenek moyangku yang seorang pelaut, kan kuarungi pula luasnya samudera. Samudera ilmu, samudera kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Tak Bisa Disalahkan

16 Juni 2019   01:46 Diperbarui: 19 Februari 2020   03:17 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:https://paragram.id/berita/kata-kata-cinta-segitiga-ini-pasti-pas-buat-kamu-deh-4910)

"Ayolah berangkat, itu kunci motornya di samping kamu", sahutku dengan semangat. Perut memang sudah terasa lapar dari sejak bangun tidur tadi.

Kondisi lapar itulah yang tadi menuntun naluriku untuk segera menghampiri roti yang kugeletakkan di ruang tengah. Karena kecewa rotinya ternyata habis, rasa lapar itupun seolah pudar. Sekarang bergejolaklah lagi setelah diingatkan Ano.

"Ik, motor kau kok tak ada pula?" tanya Ano tergopoh dari luar. Tadi dia berencana ambil motorku di parkiran kost, letaknya di samping kanan rumah agak ke belakang.

"Astaga No', iya, aku lupa! Masih di depan kostnya Ica. Ayolah kita samperin", jawabku. Bergegas kita menuju jalan gang pinggir kost nya Ica, memang tampak dari depan kamar kost ku itu motor masih nangkring di tepi jalan gang.

Ano' yang dari tadi pegang kunci langsung naik dan memutar motor ke arah sebaliknya. Arah yang akan kita tuju untuk sampai ke bundaran. Bundaran adalah sebutan populer di wilayah sekitar kampus untuk lokasi yang disediakan khusus bagi para pedagang makanan. Sekarang mungkin istilahnya pujasera.

"Motor siapa itu No'?" seru suara dari balik pintu kost Ica yang hanya terbuka 1 engsel, itupun cuman separo. Suara yang sepertinya pernah kukenal, tapi seingatku suara itu bukan berbentuk kalimat melainkan tawa kecil.

Tak Kenal Maka Tak Ingat

Pandangan kami segera tertuju ke arah pintu yang terbuka separo itu, tembus ke dalam mendeteksi asal suara. Rupanya ada seorang gadis seumuran sedang duduk di bangku tengah mengawasi gerik kami berdua. Matanya lebar, hidungnya lebih mancung dariku, rambutnya agak ikal dikuncir ke belakang.

"Eh, Restu cantiek..." sahut Ano dengan rayuan dalam logat Palembangnya. Ini juga penanda khas kawan baikku, mudah sekali secara spontan menggoda perempuan.

"Ini motornya si Aik, mau jalan kita cari makan. Kau mau nitipkah?"

Gadis itu menggelengkan kepala sambil tersenyum. Senyumnya manis dengan giginya yang rapi. Cling! Mewujudlah bayangan utuh dalam benakku bak puzzle yang rampung tersusun. Rasa laparku sontak hilang seketika!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun