Aku garuk-garuk kepala, terdiam, belum bisa jawab. Otakku berproses secepat mungkin, mengakses probabilitas (kemungkinan) yang terjadi andai kujawab sepakat. Idenya kali ini rasanya sulit disepakati, tapi unik juga kalau dipikir-pikir. Tapi...
"Ntar dulu, sebelum kujawab, kamu coba jelaskan dulu tujuannya !" pintaku.
Restu tertawa kecil, geli melihatku yang mencoba memasang ekspresi datar tapi menampakkan kekhawatiran tersembunyi di baliknya. Restu sudah hafal betul rupanya setelah cukup lama mengenalku.
"Kenapa mas ? Curiga ya ? Justru dengan begini kita bisa saling menguji diri kita, sedalam apa kita saling mencintai satu sama lain", katanya, menyodorkan alasan.
"Semacam uji hipotesis gitu maksudmu ?"
"Mmm..., boleh, iya bisa dibilang gitu".
"Bener gak ada tujuan lain nih ?"
"Nah, kaaa..n ! Mesti curiga deh...!"
"Res..., kamu itu banyak yang ngincer, sedang aku tak ada yang kukejar. Apa adil ?"
"Emang iya ? Nggak lagi ngejar cewek lain ? Aku kan nggak tau... Sama kan berarti, aku juga bisa curiga".
"Kan kamu bisa tanya senior-seniorku yang satu kost sama kamu...?!"
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176