Mohon tunggu...
Dessy Try Bawono Aji
Dessy Try Bawono Aji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Pemula

Pepatah bilang : life begin at forty, maka boleh dibilang saya ini sedang menjemput hidup. Dan karena masih lajang, bolehlah sekalian menjemput jodoh. Sebagai seorang lelaki berperawakan sedang dengan kulit sawo matang khas ras nusantara yang sedang gemar menulis, tentulah pantang menyerah untuk belajar dan terus belajar. Sebagaimana nenek moyangku yang seorang pelaut, kan kuarungi pula luasnya samudera. Samudera ilmu, samudera kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Tak Bisa Disalahkan

16 Juni 2019   01:46 Diperbarui: 19 Februari 2020   03:17 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:https://paragram.id/berita/kata-kata-cinta-segitiga-ini-pasti-pas-buat-kamu-deh-4910)

Kang Maman adalah orang kampung asli dimana kampusku didirikan. Dia orang yang dari awal dipercaya menjaga proyek pembangunan beberapa gedung fakultas. Setelah kampus beroperasi, Kang Maman lalu diperkerjakan sebagai penanggung jawab keamanan di Fakultasku dengan gaji bulanan.

Untuk urusan parkir sebetulnya Kang Maman punya anak buah, tapi tempat nongkrong favoritnya di kampus memang di pos jaga parkir. Katanya pos jaga itu dulunya punden, semacam tempat keramat, dan dia yang bertanggungjawab atas pemindahannya akibat proyek pembangunan kampus. Si Embah, begitu Kang Maman menyebut mahkluk gaib penunggu punden, berpesan padanya agar menggantikan posisinya menjaga wilayah.

Ah, ada-ada aja memang... Tapi orangnya asik diajak bercanda dan mudah akrab dengan mahasiswa, termasuk denganku. Sampai-sampai kita ini sudah seperti paman-keponakan.

Kisah Sekotak Roti

"Iiicaaa!", teriakku setelah memencet bel di samping pintu garasi kost Ica. Bel pintu meski dipencet buat ngasih tanda kalau kita bertamu, dan nama harus dipanggil supaya penghuni kost tahu siapa yang kita cari. Begitulah aturan bertamu di kost an Ica yang hanya dihuni 10 cewek ini.

Tak selang berapa lama pintu garasi yang bisa dibuka selebar jumlah segmen itu terkuak. Icapun nongol masih dengan pakaian yang tadi dikenakannya di kampus, tanda kalau dia belum mandi.

"Ono opo (ada apa) Ca?", tanyaku.
"Kok jare (kata) Kang Maman....".

"Udah sini masuk dulu", sahut Ica memotong pembicaraan. Dibukanya pintu 4 segmen dan mempersilahkanku duduk di dalam. Di garasi itu ada 2 bangku memanjang yang disediakan si empunya kost bagi tamu anak-anak kostnya. Aku ambil duduk di bangku yang sejajar tembok garasi dekat pintu, Ica menyusul duduk di sebelahku sedikit jauh.

"Kamu baru pulang dari kampus?" tanyanya kemudian. Dalam pikiranku berujar, ini orang ditanya kok malah gantian nanya... Seolah tau yang kupikirkan, Ica segera menimpali kalimatnya tanpa menunggu jawabanku.

"Iya, aku tadi pesen sama Kang Maman supaya kamu mampir ke sini", katanya.
"Si Restu tadi masak kue yang dia yakin enak dan pengin kamu ikut mencicipinya. Sebagai ganti yang dulu kamu pengin ngicipin tapi dia tolak itu. Masih ingat?" lanjutnya.

Restu...? Gumamku dalam hati sembari otakku mencoba mengingat. Kejadiannya lebih kurang sudah 3 bulan lewat sewaktu awal pindah kost. Semacam ini aku seringkali sudah melupakan begitu saja kejadiannya, soalnya menurutku tidak begitu penting. Kesibukan tugas kuliah dan kiprahku di organisasi saat ini menuntutku meski me manage otak, memindah-pilah mana yang penting buat diingat dan mana yang segera harus dihapus. Yang kulakukan tiap mau tidur ya seperti mengscandan mendefrag hardisk komputer, sementara tidurku belakangan ini sering tidak teratur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun