"Om om sampai kakek-kakek di terminal ataupun di bis sudah biasa merayuku. Aku tuh dari ngerasa risih sampai akhirnya terbiasa".
"Eh, kok jadi sombong banget aku ya? Mm..maksudku bukan begitu. Aduh...gimana ya njelasinnya?"
"Pantes aja kamu tadi gampang banget ngusir si Ano. Jadi kayak udah punya list (daftar) jurus-jurus penangkal rayuan lelaki gitu ya?!" kataku menanggapi penjelasan Restu sambil gantian ketawa kecil.
"Ano itu dulu sering ngapel ke sini. Pernah nembak aku buat jadi pacarnya".
"O ya? Jadi kalian pernah pacaran?"
"Enggak!" jawabnya tegas sambil melotot. Matanya yang sudah lebar semakin melebar ditambah menonjol.
"Aku nggak suka sama cowok perayu!".
"Lho kenapa? Bukannya perempuan itu suka dirayu?" tanyaku, teringat pengalaman pacaran dulu.
"Lagian si Ano itu sifatnya terlalu kekanak-kanakan bagiku. Jadi ya langsung kutolak saja sewaktu dia menembakku. Dan bener, setelah kutolak itu si Ano nggak pernah lagi ngapel ke sini".
"Jadi maksudmu kekanak-kanakan itu tidak gigih begitu ya?"
"Bukan cuman itu...", jawab Restu menurunkan nada bicara.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176