Mohon tunggu...
Dessy Try Bawono Aji
Dessy Try Bawono Aji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Pemula

Pepatah bilang : life begin at forty, maka boleh dibilang saya ini sedang menjemput hidup. Dan karena masih lajang, bolehlah sekalian menjemput jodoh. Sebagai seorang lelaki berperawakan sedang dengan kulit sawo matang khas ras nusantara yang sedang gemar menulis, tentulah pantang menyerah untuk belajar dan terus belajar. Sebagaimana nenek moyangku yang seorang pelaut, kan kuarungi pula luasnya samudera. Samudera ilmu, samudera kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Tak Bisa Disalahkan

16 Juni 2019   01:46 Diperbarui: 19 Februari 2020   03:17 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:https://paragram.id/berita/kata-kata-cinta-segitiga-ini-pasti-pas-buat-kamu-deh-4910)

"Ah, geblek !" kataku sewot.

Yuna tak menggubris umpatanku, segera beranjak dia dari duduknya menuju kamar berganti pakaian. Siulannya terdengar merdu, tanda hatinya sedang gembira. Aku senyum-senyum sendiri melihat tingkahnya, sekalipun agak dongkol tapi ikut bahagia denger siulan girangnya. Siulan Yuna kali ini sepenggalan lagu Sheila on 7, grup band idolanya semenjak SMA.

Quote:

Sebuah Kisah Klasik by Sheila on 7

Jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali
Kita berbincang tentang memori di masa itu
Peluk tubuhku usapkan juga air mataku
Kita terharu seakan tidak bertemu lagi

Bersenang-senanglah,
kar'na hari ini yang 'kan kita rindukan
di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan
Bersenang-senanglah,
kar'na waktu ini yang 'kan kita banggakan di hari tua

Sampai jumpa kawanku
S'moga kita selalu
menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan


Kanopi Kayu Putih

Pohon kayu putih itu paling besar diantara yang lainnya, mungkin sengaja tak diremajakan buat dijadiin icon wana wisata tempat kami berhari Minggu. Penduduk sekitar sini sendiri seringnya tak menyebutnya "kayu putih", melainkan "gelam". Pohon bernama latin Malaleuca leucadendra itu tampak gagah menjulang, daunnya yang mirip daun jambu karena memang tergolong suku Myrtaceae itu begitu rimbun, membentuk kanopi yang mengayomi lingkungan di sekitar batang pokoknya dalam radius cukup luas. Kesan teduh, sejuk dan nyaman akan dirasakan siapa saja yang berada di dekatnya. Makanya aku tak berpikir panjang lagi buat mempercepat laju motor ke situ, segera mengambil tempat biar nggak keduluan wisatawan lain. Agak jauh letaknya dari lokasi parkir dan pos jaga, tapi sudah tampak dari kejauhan saking besarnya ukuran pohon, lagipula posisinya berada di tepi jalur utama jalanan masuk wana wisata.

Restu yang membonceng di belakang memukul-mukul punggungku karena kaget gegara kutarik gas motor terlalu spontan dan kencang, aku mengaduh dan meminta ma'af tanpa mengurangi kecepatan. Omang yang berboncengan dengan Irin kutinggalkan karena masih berbasa-basi dengan petugas pos jaga, memberikan surat ijin resmi berikut menjelaskan proposal kegiatan Pe-A yang rencananya diadakan minggu depan di wana wisata ini. Jadi hari ini sebetulnya aku numpang kegiatan survei lokasi mereka berdua, kebetulan akhirnya Restu menyepakati setelah lumayan repot membujuknya.

Seperti pernah kukisahkan sebelumnya, dia tak begitu bisa menikmati alam bebas, apalagi petualangan. Kontras denganku, dia lebih menikmati taman yang teratur dan tertata rapi sekalipun tak begitu luas bahkan sempit sekalipun kayak di sudut interior rumah. Bagiku, taman yang sengaja diatur dan ditata itu justru sudah kehilangan nilai seninya, aku lebih suka taman alam yang tanamannya tumbuh liar dengan sendirinya, membentuk taman secara alami. Tapi pada dasarnya kami berdua sama-sama pecinta tanaman, kalau lagi cari suasana lain buat ngobrol berdua, selalu kami pilih tempat-tempat yang ada tanamannya, minimal tanaman hias dalam pot. Restu biasa memilih kafe sederhana dengan nuansa tanaman atau taman-taman kota dan kampus, sedang aku memilih wisata landscape seperti pantai atau wisata hutan, kalau toh yang ada tanamannya yang sengaja diatur, sekalian kupilih wisata perkebunan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun