Mohon tunggu...
Dessy Try Bawono Aji
Dessy Try Bawono Aji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Pemula

Pepatah bilang : life begin at forty, maka boleh dibilang saya ini sedang menjemput hidup. Dan karena masih lajang, bolehlah sekalian menjemput jodoh. Sebagai seorang lelaki berperawakan sedang dengan kulit sawo matang khas ras nusantara yang sedang gemar menulis, tentulah pantang menyerah untuk belajar dan terus belajar. Sebagaimana nenek moyangku yang seorang pelaut, kan kuarungi pula luasnya samudera. Samudera ilmu, samudera kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Tak Bisa Disalahkan

16 Juni 2019   01:46 Diperbarui: 19 Februari 2020   03:17 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:https://paragram.id/berita/kata-kata-cinta-segitiga-ini-pasti-pas-buat-kamu-deh-4910)

"Ah, enggak. Sering denger aja, itu kan kata yang umum dipakai, di sinetron-sinetron televisi kayaknya sering denger aku".

"Ya udah, bilang aja ke Restu, yang jadi teknisi kandangku itu Pak Seno, dosen seniornya dia. Siapa tau ada proyek penelitian dari Pak Seno, dia bisa ngikut buat bahan skripsi nanti kan ?"

"Iya iya, nanti aku bilangin. Eh, Nok ! Kamu ada foto kandangmu ? Aku jadi penasaran sama jumlah sebanyak itu..."

Tisna tersenyum, dibukanya dashboard di depanku dan mempersilahkanku mengambil sendiri album fotonya. Sepanjang jalan yang tersisa kunikmati dengan mengamati koleksi foto Tisna, ada satu yang membuatku terbelalak dan tertawa ngekek. Sebuah foto bergambar masa kecil Tisna dengan topi meingkar lebar sedang duduk di atas punggung kambing, bergaya bak koboy lengkap dengan pistol-pistolan tersemat di ikat pinggang yang melingkar di pinggangnya. Di belakangnya, tampak puluhan sapi sedang merumput di padang savana nan hijau dan luas.

Puasa Asmara

Selalu ada perasaan tidak terima ketika harus berpisah dengan Restu. Lalu oval wajah, rambut, alis, mata, hidung, bibir, senyum dan tawanya terus melekat di kepala sepanjang sisa hari, seperti tinta dalam bantalan stempel organisasi yang ditekankan menempel di atas kertas yang telah dibubuhi tanda tangan. Mengingatkan pada serial Kera Sakti, tepatnya pada quote dewa cinta yang dikutuk jadi siluman babi, kawannya Sun Go Kong yang bernama Cut Pat Kay itu. Dalam banyak segmen cerita dia sering berujar : "Begitulah cinta, deritanya tiada akhir..." Seolah tepat menyindir kondisiku saat ini bersama Restu, kalau berdua terus lama-lama ada kejenuhan, tapi untuk berpisah enggan. Andaipun sedang tak bersama, seolah tak berpisah, terkenang selalu dalam ingatan. Betapa sebetulnya menyakitkan yang namanya sedang dimabuk asmara itu.

Logikaku sebetulnya masih bisa berontak, jadi belumlah seperti kondisi Qois yang tergila-gila pada Layla dalam himpunan kisah 1001 malam yang populer itu. Aktivitasku yang beraneka ragam cukup bisa jadi pengalih perhatian sementara dari dihantui senyuman Restu. Yang merepotkan hanyalah saat sedang membaca atau menghafal, senyumnya seolah selingan iklan di televisi. Kadang durasinya panjang, kadang cuma sekedar lewat saja. Dan yang paling merepotkan adalah saat menjelang tidur, senyumnya itu seperti DVD film yang diputar dalam mode auto reply. Jadi, sesaat sebelum terlelap, wajahnya sedang berakting, begitu bangun tidur dia masih akting dalam tayangan ulang.

Terwujudnya keinginan kami untuk memiliki handphone itu juga makin membuat mabuk asmara ini bertambah parah. Bisa dibilang kami menjadi hampir tak punya waktu senggang. Tiap ada waktu senggang, kalau nggak gantian nelpon ya sms an. Sampai-sampai kami sering diprotes kawan-kawan dekat di kampus maupun di kost an. Kalau kupikir-pikir, ini lebih parah ketimbang di jaman SMA dulu. Padahal kegiatan kami sekarang ini cenderung lebih padat.

Siang ini, Restu ada bersama denganku di tempatku kerja. Duduk berdua kami berdampingan sejak jam 8 pagi tadi dalam kursi terpisah, di belakang meja operator yang di atasnya terpampang unit mesin fax, komputer dan printer. Hari ini hari Minggu, maka jadwal kerjaku di shift pagi, jam 8.00 sampai jam 15.00. Restu sendiri sedang tak punya jadwal apapun hari ini, karenanya semalem dia merengek minta ikut aku kerja, penasaran pengin tau bagaimana rasanya kerja part time katanya. Aku tak melarang, meskipun sedikit cemas kalau-kalau dia mengalami kejenuhan sebelum jam kerja berakhir. Dan dugaanku betul, ketika jam di dinding menunjuk pukul 10.20, dia tampak mulai gelisah.

"Iya kan..., udah gak betah kamu", kataku.

"Habisnya sepi sih..."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun