Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sarah, Gadis Vietnam dari Pulau Galang

5 Mei 2020   10:58 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:53 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tinh masih melawan, kepalanya digerakkan ketika mulut kasar ingin menjamah muka dan bibirnya. Gerakkan laki-laki itu semakin kasar dan kuat sehingga Tinh tak berdaya. Yang bisa melawan adalah perasaan dan matanya. Perasaannya sangat terpukul dan air matanya keluar dengan deras ketika dirinya benar-benar sadar telah digagahi dan dirudakpaksa oleh ketiga laki-laki.

Menyedihkan nasib Tinh, satu laki-laki selesai melampiaskan nafsunya, ganti laki-laki kedua melakukan hal yang sama. Laki-laki ketiga pun juga melakukan tindakan yang sama bahkan lebih brutal, sadis, dan lebih lama daripada laki-laki pertama dan kedua.

***

Thu Pham selepas ada urusan, ia buru-buru pulang ke barak. Perjalanan menuju ke tempat tinggalnya melintasi kebun pepaya. Dalam perjalanan pulang, tepat di dekat pintu masuk, ia melihat non la. Ia berpikir non la siapa di tempat itu. "Masih bagus dan terawat," ujarnya sambil memandang topi tradisional Vietnam itu. Ia memandang sekeliling jalan dan kebun pepaya. Tak dilihatnya seorang pun. Thu Pham ingin melanjutkan perjalanan pulang namun di saat hendak melangkah, dirinya melihat sandal Tinh.

"Itu sandal Tinh," gumamnya sambil berjalan menuju ke tempat sandal itu tergeletak. Alas kaki itu diambilnya. "Di mana kamu Tinh?" pertanyaan itu muncul lirih dari mulut Thu Pham. Di saat dirinya celingak-celinguk, terdengar suara mendesah dan semak-semak yang bergoyang-goyang.

Pikiran nakal Thu Pham muncul di otaknya. Ia berpikir jangan-jangan Dipo dan Tinh tengah bercinta, "tetapi mengapa harus di tempat ini?"

"Memang tidak ada tempat yang lebih bersih dan nyaman?"

Berbagai pertanyaan seperti itu muncul. Di tengah upaya menjawab pertanyaan itu, dirinya mendengar suara-suara kasar dan tawa cekakan. Suara kasar itu berbunyi, "terus... terus... terus...."

"Gantian dong.... "

Di tengah suara itu, Thu Pham juga mendengar suara tangis dan teriakan lirih minta tolong.

Merasa ada sesuatu yang tak beres dengan Tinh dan apa yang terjadi di balik semak-semak itu, Thu Pham langsung bergegas menuju ke perkampungan untuk memberitahukan kejadian yang dirasa janggal dan aneh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun