Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sarah, Gadis Vietnam dari Pulau Galang

5 Mei 2020   10:58 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:53 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laki-laki itu dengan badan yang lemah mengangguk. Kemudian bersama dengan laki-laki lain berunding. Selepas berunding, akhirnya mereka mencari sesuatu di bagian bawah lambung perahu. Mereka girang ketika menemukan jala. "Ini dia yang kita cari," ujarnya.

Tanpa berlama-lama, jalan itu ditebar ke samping kanan perahu. Jalan itu lamban laut tenggelam. Tak berapa lama, jala itu ditarik pelan-pelan hingga semuanya terangkat. Di jaring-jaring jala terlihat puluhan  ikan yang lumayan besar. Selanjutnya jala itu diangkat dan diletakkan di tengah perahu. Puluhan ikan menggelepar saat berada di atas perahu.

"Mari kita bagi rata," ujar salah satu di antara mereka. Puluhan itu dibagi kepada puluhan penumpang. Selanjutnya mereka, entah bagaimana caranya, menjadikan ikan itu menjadi santapan. Bagi seorang ibu, mereka harus merayu agar anaknya mau makan ikan mentah itu. Dengan cara seperti itu mereka bisa bertahan. Di tengah mereka menikmati makan ikan mentah, angin besar mendorong perahu itu entah ke mana.

***

Dari hari ke hari nasib penumpang perahu itu sangat mengenaskan. Rengekan dari anak selalu terdengar setiap saat dan suara menenangkan selalu menimpali. Tubuh-tubuh pria dan wanita dewasa semakin kurus. Ada di antara mereka terlihat tertidur lemas dan lunglai. Mereka tak hanya mengalami kelaparan namun juga dihidrasi. Pria yang tubuhnya lemas dan lunglai itu dikitari oleh orang-orang yang sepertinya saudaranya. "Inilah nasib kita," ujar pria yang berada di samping laki-laki yang terkulai lemas. 

"Mengapa perang harus terjadi sehingga kita menderita."

"Haruskah kita yang berada di sini bersyukur sebab yang masih berada di Vietnam Selatan bisa jadi mereka sudah mati?"

"Kita tidak tahu sekarang berada di mana dan hendak ke mana."

"Angin dan gelombanglah yang akan membawa kita, entah ke tanah harapan atau justru kembali ke Vietnam Selatan."

Di tengah ungkapan-ungkapan semacam motivasi dan doa itu, tiba-tiba laki-laki yang terkulai lemas itu menutup mata. Pria yang memberi motivasi tadi meletakkan telinganya di dada pria terkulai itu. Tak berapa lama diangkat kepalanya dan ia meneteskan air matanya. Melihat yang demikian, semua tahu kalau pria yang terkulai itu telah tiada untuk selamanya.

"Mari kita berdoa agar ia bisa hidup bahagia di surga."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun