Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sarah, Gadis Vietnam dari Pulau Galang

5 Mei 2020   10:58 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:53 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di atas salah satu KRI, Bui dan rekannya dari jarak sekitar 200 meter melihat pasukan katak yang naik perahu karet bergerak menuju kapal-kapal yang hendak ditenggelamkan. Setelah tiba di salah satu kapal, mereka langsung memasang bahan peledak di tengah badan kapal. Langkah selanjutnya juga dilakukan pada kapal kedua dan ketiga. Setelah semua peledak diletakkan. Pasukan katak itu segera balik menuju KRI.

Saat semua siap, ada yang mulai menghitung mundur, ... 4... 3... 2... 1... 0. Begitu kata 0 disebut, selang seditik kemudian terdengar suara ledakan yang keras, "blaaaarrrrr..." Ledakan itu tidak hanya memekakan telinga namun juga membuat KRI yang dinaiki Bui dan rekannya yang lain bergetar.

Melihat perahunya meledak, tatapan Bui menjadi kosong dan masa depannya menjadi hampa. Hal yang sama dialami oleh rekannya yang lain. Kejadian itu membuat hati mereka luka dan menimbulkan dendam. 

Meski sudah meledak namun kapal-kapal itu masih mengapung. Melihat hal yang demikian, dari sebuah KRI dimuntahkan peluru-peluru tajam agar badan kapal yang terbuat dari kayu robek sehingga menjadi serpihan. Muntahan peluru yang beruntun itu akhirnya membuat kapal secara perlahan dilumat oleh permukaan laut yang tenang, menuju ke dasar samudera.

Apa yang dipertontonkan kepada para ABK yang melakukan ilegal fishing itu tak di Perairan Anambas namun di perairan-perairan perbatasan lainnya bahkan juga di perairan Maluku dan Papua. Bahkan acara itu dijadikan reality show di mana penenggelaman kapal yang melakukan ilegal fishing dipimpin langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti. Dalam reality show yang disiarkan oleh Metro TV itu, Susi dengan gaya menantang mengatakan, "mana kapal yang lain?"

****

Sambil mengatakan, "sialan... " Gelas itu dilempar ke lantai, "pyarrrr......" Bui meluapkan amarah saat ingatan penenggelaman kapal melintas dalam otaknya. Ia jengkel bercampur marah sebab dengan tindakan itu membuat dirinya menganggur dan harus pulang ke Phu Quoc lagi.

Bekerja di perusahaan penangkapan ikan sebenarnya telah membuat dirinya mempunyai kesibukan yang berarti. Dari kesibukannya itulah membuat tidak luntang-lantung di jalanan. "Mengapa Indonesia harus menenggelamkan kapal?" ujarnya dengan menahan amarah agar tak keluar lagi. "Apakah karena kami tidak mampu menyuapnya?" Pertanyaan itu keluar dalam hatinya sebab dirinya tahu Indonesia juga negara yang termasuk korup di dunia. 

Bui bangkit dari duduknya. Ia berjalan keluar rumah. Di halaman terlihat mamanya sedang menyiram bunga. Bui terus melangkah tak peduli pada apa yang dilakukan mamanya. Jalan di kampung itu disusuri. Sesekali orang yang melintas, yang masih ingat padanya, menyapa. Bui hanya tersenyum saat orang-orang yang mengenalnya menyapa.

Langkahnya terus mengayun hingga akhirnya ia berada di sebuah pantai. Lengang dan sepi di pantai itu. Ombak pantai sayup-sayup terdengar. Di sebuah bongkahan karang ia duduk. Laut dan langit biru serta awan putih seperti kapas ditatapnya. Sesekali perahu kayu nelayan melintas dengan suara mesin yang mendesing.

Di tengah melepaskan beban yang ada di pikiran, tiba-tiba terdengar langkah beberapa pemuda. Bui menoleh dan dilihatnya di antara pemuda itu adalah Tam. Tam adalah sahabat Bui di kampung itu. "Tam...," teriak Bui. Tam yang berada di tengah para pemuda itu mencari suara yang memanggilnya, celingak-celinguk. Setelah tahu ada Bui yang tengah duduk di onggokan karang, Tam tersentak dan langsung berteriak, "hai Bui...."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun