Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sarah, Gadis Vietnam dari Pulau Galang

5 Mei 2020   10:58 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:53 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ribo bersama lima wisatawan lain menaiki sebuah perahu yang akan menyusuri sungai yang sepertinya bukan sungai asli. Floating Market bisa jadi sebuah tempat yang dibangun oleh pemerintah daerah Ratchaburi untuk dijadikan tempat wisata. Hal demikian terlihat dari kanan-kiri sungai dilapisi dengan beton dengan rapi. Dengan pembetonan itu maka air sungai dibendung sehingga volume dan tinggi rendahanya air bisa diatur. Awalnya tempat itu bisa memang pasar tradisional yang menggunakan laluan sungai untuk beraktivitas namun karena Pemerintah Thailand menggalakkan kunjungan wisata maka wilayah itu dikemas menjadi lebih menarik dan dijadikan objek wisata nasional dan internasional.

Melintasi laluan sungai yang lebarnya dua meter, perahu bergerak satu per satu. Banyak simpangan-simpangan sungai yang dibuat sehingga mengesankan laluan sungai panjang. Seperti jalan darat, bila ada pertemuan laluan sungai, pertigaan atau perempatan, karena lebar sungai 2 sampai 3 meter, perahu harus antri atau yang lain mengalah untuk mempersilahkan perahu yang lain untuk lewat duluan. Bila tidak ada yang mengalah bisa membuat perahu bertabrakan atau menghalangi lalu lintas sungai.

Selepas melewati sungai yang lebarnya 2 sampai 3 meter, perahu berada di laluan sungai selebar 10 meter. Di laluan inilah kapal ngebut, ngebut-nya perahu menyebabkan gelombang sungai tinggi, hal demikian terasa ketika simpangan dengan perahu yang lain, sehingga goyangan kapal menjadi terasa. Di sepanjang sungai ini terlihat beberapa toko yang menjual berbagai kebutuhan masyarakat, dari toko kelontong hingga bahan bangunan. Di tempat inilah mungkin Floating Market yang asli.

Selepas melalui laluan ini, selanjutnya masuk ke dalam laluan sungai yang lebarnya 2 sampai 3 meter. Sampai di sebuah tempat, seluruh penumpang perahu disuruh turun. Rupanya lokasi penurunan itu untuk masuk dalam jantung Floating Market. Pemandu wisata mengajak ke sebuah bangunan, bangunan itu kalau di Bali seperti pasar seni yang menjual berbagai produk kerajinan tangan hingga kaos khas. Selepas menyusuri tengah pasar seni, peserta wisata dihadapkan sebuah pangkalan perahu kayu. Pemandu wisata menerangkan bila ingin menyusuri jantung Floating Market harus naik perahu yang dikayuh oleh kaum perempuan, dengan ongkos 150 bath. Bila peserta wisata tidak naik, ia tidak dipaksa.

Ribo memilih naik perahu agar bisa menyusuri jantung Floating Market. Menyusuri jantung Floating Market memang sangat asyik, berjalan pelan, dan di kanan kiri banyak toko atau artshop yang menjual berbagai souvenir Thailand yang terbuat dari kayu, tempurung kelapa, perak, besi, dan lain sebagainya. Barang dagangan yang ditawarkan kepada pelancong seperti yang ada di Pasar Seni Sukawati, Kumbasari, Kuta, Sanur, Bali; Pasar Beringhardjo, Malioboro, Jogjakarta; dan tempat-tempat wisata di Indonesia lainnya.

Tak hanya di pinggir sungai barang dagangan itu dijual, ada di antara mereka yang menjual di atas perahu, tidak hanya souvenir wisata namun juga makanan, minuman, dan buah-buahan. Sebab laluan sungai hanya 2 sampai 3 meter, sering perahu-perahu itu bersenggolan meski demikian tak ada keributan ketika bersenggolan.

Para pedagang dalam menawarkan dagangannya tidak hanya menyapa dengan ramah namun mereka juga menarik dengan semacam gantolan, sebuah tongkat sepanjang 1,5 meter dan ada kait seperti pancing. Gantolan itu untuk menarik atau menepikan perahu merapat ke artshop-nya. Meski di-gantol namun wisatawan dan pengayuh perahu tidak marah.

Ribo berpikir ulang kalau Floating Market di Ratchaburi ini tidak asli pasar tradisional seperti Floating Market di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia, namun ada unsur keterlibatan pemerintah untuk mendesain sedemikian rupa sehingga menjadi tempat wisata yang menarik dan menyenangkan, terbukti mayoritas pengunjung orang-orang dari luar Thailand.

Selepas menyusuri laluan sungai, Ribo berjalan-jalan di pasar seni. Dirinya memandang kaos-kaos yang dijual yang semuanya bergambar dan bertuliskan hal-hal yang berbau Thailand, seperti gambar pagoda, Sang Budha, Grand Palace, gajah, dan gambar Floating Market itu sendiri. Semuanya menarik di mata Ribo. Setelah ditimbang-timbang akhirnya dirinya kepincut kaos yang desainnya bergambar Floating Market dan dibuat dengan bahan yang bagus sehingga bila dipakai awet. Ribo cocok dengan harga yang ditawarkan.  Setelah membayar, kaos itu diserahkan oleh penjual dalam sebuah tas plastik hitam dan selanjutnya oleh Ribo dimasukkan dalam tas.  

Selepas menikmati Floating Market, pemandu mengajak seluruh wisatawan kembali ke mobil masing-masing dan melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan selanjutnya. Ribo naik mobil dengan nomor yang telah diingatnya agar tak salah tempat dan tujuan. Ribo menduga bahwa rombongan satu mobil ini tidak akan berganti penumpang lagi, ternyata di sebuah tempat semacam rest area, ada penumpang yang dinaikan dan diturunkan, karena paket wisatanya beda. Dan mereka yang diturunkan naik mobil yang lain.

Setelah makan siang dengan jatah yang sudah ditakar, sehingga tidak bisa menambah, perjalanan dilanjutkan menuju War Museum. Tempat itu berada di Provinsi Kanchanaburi, berada di samping Bridge River Kwai (Kwae). Masuk museum yang ditarik ongkos 40 bath, pengunjung bisa menyaksikan perjalanan bangsa Thailand dalam Perang Dunia II, di sini sangat jelas bagaimana posisi tentara Jepang di sana seperti saat di Indonesia. Selain kejam juga memobilisasi penduduk sebagai tenaga kerja, romusha. Di dalam museum terlihat berbagai peninggalan alutsista perang mulai dari kereta angkut buatan Jerman hingga mortir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun