Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sarah, Gadis Vietnam dari Pulau Galang

5 Mei 2020   10:58 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:53 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Kapal itu bergerak terus ke arah selatan. Sambil melaju, para ABK menebar pair trawl. Setelah pair trawl melayang di dalam laut, pair trawl diseret oleh kapal untuk menjaring ikan-ikan. Setelah sekian mil kapal itu mengarungi lautan, alat tangkap ikan berjejaring itu ditarik oleh para ABK. Menarik pair trawl meski dibantu dengan alat pengait bermesin namun tenaga para ABK tetap diperlukan. Berat rasanya sehingga saat menarik pair trawl memerlukan energi yang sangat besar.

Saat alat tangkap itu sudah menyentuh bagian belakang kapal, terlihat di dalamnya ratusan ikan dengan berbagai jenis bergelimpangan. Mereka meloncat-loncat seolah-olah ingin kembali ke laut. Bau amis dan asin mulai menebar di kapal seiring dengan hadirnya ikan-ikan itu.

Ditarik terus pair trawl itu hingga akhirnya berada di atas kapal. Selanjutnya pair trawl itu ditumpahkan, ikan yang berada di dalamnya mengguyur ruangan tengah kapal. Ratusan ikan itu memenuhi tempat. Melihat hal yang demikian sebagaian ABK langsung memindahkan ikan-ikan itu ke dalam kotak es. Dimasukkan ke dalam kota es agar ikan tetap segar.

"Cepat, cepat, cepat," kaptain kapal menyuruh kepada para ABK agar lebih mempercepat memasukkan ikan ke dalam kotak es. "Bui, lebih dipercepat lagi," ujar kaptain itu setelah melihat Bui ogah-ogahan. Akhirnya, semua ikan itu berhasil masuk ke dalam kotak es.

***

Menjelang malam, pencarian ikan dihentikan. Di saat itu, para ABK menggunakan waktunya untuk beristirahat. Langit bertabur bintang, angin sepoi berhembus, waktu yang nyaman digunakan Bui untuk merenung. Di ujung kapal bagian depan, Bui duduk sendiri. Dengan rokok jatah yang diberikan, ia membakar batang perbatang. Dihisap kuat-kuat setiap batang rokok yang terbakar itu setiap masuk ke dalam mulutnya. Dihembuskan hisapan itu sehingga membentuk sebuah cincin asap.

Saat melihat kecipak ikan yang berada di bawah, dirinya teringat masa kecilnya bersama warga kampung lainnya mengarungi Laut China Selatan. Rasa pahit dan getir mereka rasakan saat terombang-ambing di laut tanpa bekal yang cukup. Siapa yang kuatlah yang bisa bertahan hidup.

Di saat Bui melamun pada masa lalunya, tiba-tiba pundaknya ditepuk oleh salah satu ABK yang lain. "Hai," ujarnya. Tepukan itu mengagetkan dirinya. Ia menoleh, "bikin kaget saja," ujar Bui dengan ketus. "Maaf kalau sudah bikin tak nyaman," balas salah satu ABK itu.

"Gimana senang kerja di sini?" tanya ABK yang berada di sampingnya  itu.

Bui tak menjawab. Ia diam dan lebih menikmati rokok yang berada dalam jepitan tangannya itu. ABK yang berada di sampingnya itu juga tak peduli saat Bui tak menjawab pertanyaannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun