Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sarah, Gadis Vietnam dari Pulau Galang

5 Mei 2020   10:58 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:53 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas di Tiger Canyon pengunjung dibawa ke Tiger Island Area. Di tempat itu, atraksi terakhir wisata di Tiger Temple, yakni sebuah macan besar yang diikat di sebuah pohon kemudian salah satu biarawan Budha memberi susu kepada macan besar itu. Pengunjung bisa mengambil gambar diri dengan adegan seperti itu satu persatu alias antri. Tak heran di dekat biarawan Budha yang memberi minum susu kepada macan, antrian mengular untuk foto bareng.

Ribo merasa puas bisa mengunjungi Tiger Temple. Di tempat itu dirinya bisa melihat dari dekat bahkan memegang harimau.

Usai ngubek-ngubek Tiger Temple, rombongan wisata kembali ke Bangkok. Dalam perjalanan balik, tiba-tiba ada kegaduhan. Salah seorang peserta wisata, seorang perempuan dari Australia, mengadu kalau handphone-nya hilang. Dirinya ingat handphone itu tertinggal saat dirinya masuk di toilet. Seorang saksi mata memang mengakui dirinya melihat handphone itu tergelat di depan wastafell di toilet itu namun dirinya tidak mau mengambil sebab tak tahu milik siapa.

Perempuan yang kehilangan alat komunikasi itu ingin mobilnya kembali ke Tiger Temple. Karena mempunyai solidaritas, semuanya tidak ada yang protes namun setengah perjalanan menuju ke sana, seorang dari agen wisata menyatakan handphone itu telah raib. Akhirnya semua sepakat bahwa mobil harus kembali ke Bangkok sebab kalau ke Tiger Temple akan membuang waktu dan sia-sia saja. 

Sebab sepulang dari Tiger Temple selepas sore maka perjalanan kembali ke Bangkok sudah malam hingga sampai di kota terbesar di Thailand, jam sudah menunjukkan pukul 09.00 PM.

****

Ojek yang mengantar Ribo berhenti tepat di depan Stasiun Hua Lamphong. Dirinya naik angkutan umum itu dari Khao San Road selepas ikut wisata bareng. Selepas ia membayar ongkos kepada tukang ojek itu, dirinya bergegas menuju ke dalam stasiun. Terperanjat melihat stasiun itu sebab bangunannya mirip dengan Stasiun Kota di Jakarta.

Bangunan Stasiun Kota karya Frans Johan Louwrens Ghijsels dengan sebutan Het Indische Bouwen,  sebuah perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan dibalut art deco, rancangan Ghijsels terlihat sederhana namun bercita rasa tinggi.

Dari Stasiun Hua Lamphong, Ribo ingin melanjutkan perjalanan ke Kamboja. Dirinya memilih naik kereta api sebab ia mendapat petunjuk dari kawan backpacker-nya bahwa naik kereta api merupakan cara yang mudah dan murah.

Setelah berada di dalam stasiun, ia melihat jadwal perjalanan Bangkok-Aranyaprathet. Aranyaprathet adalah stasiun terakhir kereta api yang berada di Thailand bagian tenggara. Tak jauh dari stasiun itu adalah perbatasan dengan Poipet, Kamboja.

Ribo tahu kereta api ke Aranyaprathet mempunyai jadwal keberangkatan esok hari. Ia berada di stasiun itu memang untuk tidur malam. Sebuah kebiasaan bagi backpacker adalah mencari tempat tidur gratis yang biasanya dilakukan di tempat-tempat umum seperti stasiun kereta, terminal bus, pelabuhan atau bandar udara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun