Tangan kiri membawa tas kresek yang berisi beberapa potong daun pepaya, tangan kanan menenteng non la yang sejak dari barak memayungi kepalanya. Ia melangkah menuju ke jalan, keluar dari kebun. Beberapa langkah lagi ia sudah keluar dari kebun namun tiba-tiba tiga orang menghadang. Tinh kaget dihadang oleh orang-orang yang dikenalnya. Mereka adalah laki-laki penghuni kamp pengungsian. Â
"Ada apa ini?" ujar Tinh dengan sopan kepada mereka.
Ketiga orang itu tidak menjawab, senyum nakal diumbar. Mereka mendekati Tinh dengan nafas yang buru-buru.
"Hai, kamu jangan macam-macam!" ujarnya Tinh ketika dicolek oleh salah satu di antara mereka. Mereka tidak peduli dengan ucapan yang meninggi itu.
"Sudahlah diam saja kamu, di sini tak ada orang selain kita," ujar salah satu dari tiga laki-laki itu.
"Apa maumu?!" Tinh mulai berkata dengan kasar.
Laki-laki itu tidak menjawab tetapi mengumbar senyum nakal dan wajah nafsu durjana. Mereka langsung membekap Tinh dengan kuat-kuat. Mendapat perlakuan yang tidak senonoh, Tinh langsung berontak dan berteriak, "tolong... tolong... tolong..." Teriakan itu sepertinya membuat mereka panik. Agar tindakan itu tidak didengar dan diketahui orang lain, salah satu di antara mereka menutup mulut Tinh kuat-kuat.
Tangan kuat yang membekap mulut mungil itu mampu mencegah suara yang hendak diteriakkan. Tinh tak mau menyerah, ia terus berontak. Dirinya tahu bahwa ketiga orang itu akan berbuat jahat, memperkosanya. Untuk itu ia menggunakan seluruh tenaga yang ada untuk melepaskan diri.
Meski dibekap oleh tiga orang, Tinh mampu melepaskan diri, ia berlari sambil berteriak minta tolong. Buruannya lepas, ketiga orang itu mengejarnya dengan arah yang berbeda dengan tujuan untuk mengepung gadis cantik itu.
Tinh terus berlari dengan kencang. Upaya menyelamatkan diri itu hampir tercapai, beberapa langkah lagi ia sudah berada di jalan besar. Sial, kakinya menyandung batu besar yang ada di depan dan tak lihatnya, ia pun jatuh. Melihat gadis cantik itu tengkurap, seorang yang mengejarnya, berada tepat di belakangnya, segera menyeret kakinya ke arah tengah kebun. Tinh berteriak-teriak minta tolong. Melihat hal yang demikian dua laki-laki yang lain membekap mulutnya. Tinh terus meronta-ronta namun sayang, apa yang dilakukan itu sepertinya sia-sia. Dengan posisi tergeletak dan dipegang erat-erat, posisi Tinh sulit untuk melepaskan diri dari bekapan dan sengkapan itu.
Tinh terus diseret ke tengah kebun pepaya, dirasa tempat itu tidak aman, seretan terus dilakukan hingga ke semak-semak. Di tempat itu, Tinh ditelentangkan, kedua tangannya dipegang kuat-kuat, kakinya masih bisa meronta-ronta. Seorang dari mereka langsung menindihnya dan melepaskan nafsu bejatnya.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193