Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sarah, Gadis Vietnam dari Pulau Galang

5 Mei 2020   10:58 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:53 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gimana pa?" tanya Thu Pham sambil memegang Tran dan Bui.

"Entahlah, mereka tidak tahu atau tidak mau membantu kita," ujar Nguyen Van Manh.

Pasangan Nguyen Van Manh dan Thu Pham serta dua anaknya termasuk orang yang bisa bertahan di atas perahu meski mereka sudah terombang-ambing di atas samudera luas berhari-hari.

***

Menjelang sore, langit di atas samudera terlihat gelap. Badai bertiup kencang hingga menimbulkan gelombang tinggi mencapai 5 meter. Gelombang raksasa itu membuat perahu itu seperti gabus di atas air, tak berdaya, terombang ambing tidak menentu. Perahu itu seperti dilemparkan dan dijatuhkan sehingga yang berada di atasnya terpental-pental. Bila tidak berpegangan kuat-kuat bisa membuat mereka terlempar ke laut yang sedang mengganas. Menghadapi badai dan gelombang yang tinggi semua berpegangan erat-erat di badan perahu. Kecemasan semakin memuncak ketika hujan turun dengan deras, petir yang menggelegar bersusulan seolah-olah hendak menyambar tubuh-tubuh kurus yang berada di atas perahu.

Derasnya hujan membuat bagian tengah perahu terisi air, sambil mereka berpegangan di badan perahu, mereka menyempatkan untuk membuang air yang masuk ke tengah perahu agar tidak membanjiri. Suasana di perahu itu benar-benar kacau. Gelombang yang dahsyat itu seolah-olah mau menelannya. Sebab salah satu di antara mereka kurang kuat dalam berpegangan membuat ia terpental laut yang sedang murka. Teriakan  minta tolong ditelan oleh suara gemuruh gelombang yang menderu dan petir yang menyalak. Peristiwa itu begitu cepat sehingga orang itu seperti ditelan oleh mulut raksasa yang lewat begitu saja.

Nguyen Van Manh dalam peristiwa itu selain memegang erat-erat juga memegangi Bui. Sedang Thu Pham selain berpegangan pada badan suaminya juga memegang badan Tran. Mereka saling mengunci agar tidak terpental ke laut.

Merasa malaikat maut telah berada di depannya, Nguyen Van Manh berdoa, "Ya Tuhan apa salahku sehingga cobaan ini sepertinya datang bertubi-tubi."

"Apa bila aku mempunyai salah maafkan aku."

"Ambillah nyawaku tapi selamatkan istri dan kedua anakku."

"Biar mereka yang nanti mendoakan aku di akhirat agar aku bisa selamat dari azabmu."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun