Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sarah, Gadis Vietnam dari Pulau Galang

5 Mei 2020   10:58 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:53 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Di tengah kegelapan malam, sauara mesin perahu kayu itu semakin lama semakin melemah hingga akhirnya mati. Menghadapi yang demikian, nahkoda dadakan itu mencoba menarik pengait mesin. Cara itu dilakukan agar mesin hidup kembali namun sepertinya usaha itu sia-sia. "Bahan bakarnya habis," ujar pria yang berada di sampingnya.

"Waduh, kiamat," ujar nahkoda dadakan itu.

Mendengar ungkapan yang demikian, laki-laki dewasa yang berada di perahu itu terlihat kebingungan. "Memang tidak ada cadangan bahan bakar?" tanya pria yang memakai kaos oblong yang duduk di pojok badan kapal dengan suara cemas.

"Tolong cari di bawah ruang kemudi," nahkoda dadakan menyuruh pria yang berada di sampingnya. Pria itu langsung merunduk ke bawah dan mencari-cari siapa tahu ada bahan bakar cadangan. "Ada nih tapi cuma setengah," ujarnya dengan senang.

Melihat bahan bakar yang cuma setengah jurigen kecil, nahkoda dadakan menghela nafasnya kuat-kuat. Sepertinya ia kecewa dengan persediaan bahan bakar cadangan. Menurutnya bahan bakar itu tak akan bisa melanjutkan perjalanan yang berarti. "Ya sudah sini," ujarnya sambil meminta jurigen berwarna putih itu. Selanjutnya ia menguyurkan bahan bakar cadangan ke tangki motor perahu. Setelah itu, ia menarik pengait mesin. Begitu ditarik, mesin itu menyala. Hal demikian bisa jadi mesin masih panas sehingga mudah tersulut.

Perahu dengan tenaga yang tersendat-sendat itu akhirnya melanjutkan perjalanan ke arah selatan. Gelombang satu meter menggoyang-goyang perahu dan yang berada di atasnya. Di tengah perjalanan, terdengar suara anak kecil merengek-rengek, "ibu lapar, ibu lapar." Rengekan itu sangat menyayat hati sebab terburu-buru mencari selamat membuat mereka tidak membawa bekal. Rengekan itu didiamkan oleh ibunya, "diam nak, tenang sebentar lagi tiba."

***

Sinar matahari pagi itu membangunkan seluruh penumpang perahu. Sinar matahari itu menyadarkan mereka bahwa semalam telah mereka lalui. Semua mengucek-ngucek mata dan terperanjat mereka berada di samudera yang luas. Sejauh mata memandang hanya air laut. Mereka sepertinya dikepung oleh lautan biru.

Mereka tidak tahu di mana mereka berada. Sisa cadangan bahan bakar sepertinya hanya bisa mengantar sampai di tempat itu. Ombak yang menggelombang mengombang-ambing mereka. Tiba-tiba ada yang mual dan selanjutnya muntah, "huueeekkk," terdengar suara seperti itu. Suara sama menyusul, "huuueekkk." Rupanya banyak penumpang yang mengalami mabuk laut.

Di tengah banyaknya penumpang, terdengar rengekan anak kecil, "ibu lapar, minta makan." Rengekan itu diulang. Rengekan itu ditanggapi oleh ibunya dengan mengatakan, "tenang ya nak, sebentar lagi tiba." Ibu itu kemudian mengatakan sesuatu kepada seorang laki-laki yang sepertinya suaminya. "Cari cara dong gimana bisa makan."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun