Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sarah, Gadis Vietnam dari Pulau Galang

5 Mei 2020   10:58 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:53 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Begitu mendengar kalimat, "flight attendant prepare for landing, semua penumpang yang berada di pesawat itu langsung terlihat bugar. Penumpang yang tidur terbangun, yang ngantuk menjadi melek, dan yang dari tadi gelisah karena bosan menjadi girang. Dengan pemberitahuan itu, sebentar lagi mereka akan mendarat.

Dari jendela, Tran melihat sebuah pelabuhan, terdapat puluhan kapal besar yang mengapung di laut. Pertama kali ke Jakarta pastinya ia tidak tahu apa nama pelabuhan itu. "Itu Pelabuhan Tanjung Priok," ujar pria yang berada di sampingnya ketika melihat Tran sepertinya ingin mengetahui nama pelabuhan terbesar di Indonesia itu. Mendapat penjelasan, Tran tersenyum.

Setelah melintasi pelabuhan itu, pesawat makin lama menurunkan ketinggiannya hingga terlihat jelas bangunan yang berada di darat. Dalam hati Tran mengatakan, Jakarta begitu padat sehingga sepertinya tak ada ruang hijau yang lapang. Ruang hijau baru terlihat saat pesawat itu hendak menyentuh landasan. Di kanan-kiri landasan, rumput hijau segar menyejukkan mata setelah sebelumnya bangunan kumuh terlihat terhampar.

Benturan keras terasa saat roda pesawat menyentuh landasan yang terbuat dari beton. Benturan itu menyebabkan goncangan kecil sehingga bagi yang tidak menggunakan ikat pinggang, posisinya akan bergeser. Untung, pilot bisa mengendalikan keadaan sehingga gerak pesawat tetap lurus ke depan. Semakin lama gerak pesawat pun semakin pelan hingga pada posisi yang aman, ia membelokkan kemudi pesawat menuju terminal kedatangan.

Di terminal kedatangan terdapat pesawat-pesawat yang diparkir. Pesawat yang baru datang dari Ho Chi Minh itu menyeruak di antara pesawat yang ada, pemandu parkir pesawat memberi kode di mana harus berhenti. Begitu pesawat berhenti sempurna, penumpang bergegas membuka bagasi yang di atas mereka. Para penumpang mengambil barang-barang yang mereka bawa termasuk Tran.

Pintu pesawat pun dibuka oleh pramugari dan penumpang diharap keluar dengan tertib. Satu persatu penumpang keluar dari pesawat dan selanjutnya mereka melintasi lorong gate hingga menuju ke tempat pemeriksaan imigrasi. Tran yang pertama kali berada di bandara di Indonesia terlihat kagok. Ia celingak-celinguk sesekali bertanya kepada orang dan sesekali salah melangkah.

Ia mengikuti ketika orang-orang pada antri. Apa yang dilakukan itu benar sebab antrian itu adalah antrian di bagian keimigrasian. Satu persatu, jumlah antrian menyusut hingga akhirnya giliran dirinya. Petugas imigrasi melihat passport Tran. Dilihat foto di passport dan dibandingkan dengan wajahnya yang asli. Setelah tak ada masalah passport itu dicap sah. 

Merasa mendapat tanda legal masuk Indonesia, ia langsung meninggalkan tempat itu. Beberapa langkah setelah meninggalkan tempat itu, tiba-tiba empat orang menyergapnya. Tran kaget dan bingung melihat dirinya diperlakukan seperti demikian. Orang-orang yang berada di sekitarnya tidak menolong sebab pada baju empat orang itu ada tulisan Badan Anti Narkotika. Tran langsung digelandang menuju ke sebuah mobil yang sudah siap mengangkutnya. Orang-orang di bandara yang melihat kejadian itu hanya melongo.

***

Di sebuah ruangan, Tran terlihat menangis. Ia mengatakan tidak tahu apa barang itu saat petugas Badan Anti Narkotika memperlihatkan sebuah benda yang dibungkus rapi. "Saya tidak tahu apa barang itu," ujar Tran dengan menangis. Setelah diberi tahu bahwa itu heroin dan merupakan barang yang terlarang dibawa ke manapun, Tran menjadi shock. Tangisannya menjadi-jadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun