Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sarah, Gadis Vietnam dari Pulau Galang

5 Mei 2020   10:58 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:53 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar jawaban seperti itu semua tertawa terbahak-bahak. "Milikmu dikira ular kali," orang yang memegang tongkat panjang itu meledeknya. "Ularmu mau dikawini sepertinya," yang lain menimpali. Mendengar itu semua, kecuali Long, mereka yang berada di tanah lapang itu tertawa cekakan.

****

Merasa tidak enak badan, Tinh ingin mengusir sakitnya itu dengan membuat jamu. Ia pergi ke dapur untuk mencari daun pepaya sebagai bahan obat tradisional yang hendak diramunya. Dibuka tempat yang biasa di mana ia menyimpan daun berwarna hijau itu. "Oh, rupanya habis," keluhnya. Kurang percaya apa yang di depan matanya tak tersisa sehelai daun pun, ia membuka tempat yang tertutup lainnya. Apa yang dilihat rupanya sama, tak ada lagi daun pepaya.

Ia berpikir untuk mengambil daun pepaya di kebun yang tak terlalu jauh dari baraknya. Di kebun itu dirinya pernah bersama Thu Pham untuk mengambil daun pepaya yang hendak diramu menjadi jamu buat papanya.

Diambilnya non la untuk melindungi kepala dan mukanya dari terik matahari yang panas. Setelah barak dikunci, ia melangkah menuju ke kebun pepaya. Dirinya heran mengapa kamp pengungsian saat itu sepi, padahal setiap hari banyak orang melintas dan saling berpapasan. Dilihat rumah Nguyen Van Manh terlihat tertutup, sebenarnya ingin mengajak Thu Pham untuk menemani ke kebun pepaya. Niat untuk mengetuk rumah itu dibatalkan karena ada perasaan tidak enak bila menganggu kesibukan Nguyen Van Manh dan Thu Pham.

Demikian pula ia tak mau menghubungi Dipo karena tahu ia pasti sibuk dengan urusan kerja. Sebelumnya Dipo telah mencarinya saat dirinya pergi ke makam orangtuanya. Apa yang dilakukan Dipo di saat jam kerja itu telah menganggu aktivitas kerjanya.     

Ia terus melangkah menuju di mana daun pepaya itu bisa didapat. Tibalah dirinya di kebun seluas setengah lapangan bola itu. Sepi, senyap, dan tak ada manusia. Rasa takut mulai menghampiri namun Tinh mencoba menghalau perasaan yang bisa-bisa dibuatnya sendiri.

Tanah yang penuh dengan daun-daun kering pepaya yang berserakan diinjaknya. Ia mulai masuk ke area kebun itu. Memandang ke atas untuk memilih daun pepaya yang bisa digunakan untuk jamu. Geli dan takut saat melihat seekor kelelawar hitam yang tengah menikmati pepaya matang. Pepaya itu didekapnya.

Tinh terus melangkah untuk mencari apa yang diinginkan. Secara tidak sadar dirinya sudah berada di tengah kebun. Firasat buruk belum menghinggapi padahal beberapa orang sejak dirinya tiba di kebun sudah membuntuti.

"Itu dia," ujarnya saat melihat daun pepaya yang dirasa masih segar dan muda. Dicarinya galah bambu yang ada. Selonjor galah bambu teronggok tak jauh darinya. Diambil galah bambu yang sudah rapuh itu. Setelah berhasil diangkat, ia menjolokkan ke daun-daun muda pepaya. Satu persatu daun pepaya yang terdorong oleh galah bambu itu berjatuhan. Dirasa cukup, galah bambu itu diletakkan di samping kirinya. Daun-daun pepaya yang berserakan di tanah kering itu diambil dan dimasukkan ke dalam tas kresek hitam yang dibawa.

Mencari daun pepaya yang akan digunakan untuk jamu rupanya membutuhkan tenaga yang ekstra bagi Tinh, terbukti keringat bercucuran membasahi tubuh dan mukanya. Ia mengusap keringat yang ada di muka dengan tangannya yang jenjang dan kuning itu. Non la yang dipakai dilepaskan agar kepalanya tidak gerah. Saat non la dilepas, wajah cantik Tinh terlihat dengan jelas. Rambutnya yang panjang terurai. Angin menggoyangkan rambutnya yang lembut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun