Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sarah, Gadis Vietnam dari Pulau Galang

5 Mei 2020   10:58 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:53 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat hal yang demikian semua terdiam terpaku, ada yang lari meninggalkan tempat itu karena takut dijadikan tersangka atau saksi. "Tolong, tolong," rintih penjudi ketiga. Merasa bersalah dan takut menghadapi hukum, penjudi kedua melarikan diri. Untung di sekitar barak itu masih ada orang yang peduli. Segera ia ditolong dan dibopong beramai-ramai ke rumah sakit.

Melihat ada orang yang dibopong dengan tubuh bercucuran darah, semua penghuni barak yang barak yang dilewati, keluar semua, dan kamp pengungsian menjadi geger. "Ada pembunuhan, ada pembunuhan," sebagaian penghuni barak mengabarkan yang demikian kepada yang lain.

Sesampai di rumah sakit, tubuh orang itu diletakkan di sebuah ranjang pasien. Terlihat wajah penjudi ketiga pucat. Darah terus mengalir. Dokter jaga datang menghampiri dan ingin menolong namun sepertinya apa yang dilakukan itu sia-sia sebab ia tahu bahwa orang yang membujur itu telah tewas. Tanda kematian terlihat dengan tak ada nafas yang menghembus dan detak jantung yang berdetak. Dokter menduga, orang itu tewas dalam perjalanan karena kehabisan darah dan lokasi tusukan tepat pada organ vital.

"Sepertinya dia sudah tidak bisa ditolong," ujar dokter itu.

"Jadi?  jadi dia sudah meninggal?" tanya salah seorang yang menolong.

Dokter itu mengangguk.

Kematian itu tersiar secara luas di kamp pengungsian. Jenazah itu selanjutnya diserahkan kepada orang terdekatnya. Dengan dibantu oleh pengungsi lain, jenazah itu didoakan dan diprosesi secara agamanya. Selanjutnya secara bersama diantar ke lahan makam yang telah disediakan oleh pemerintah Indonesia.

Nguyen Van Manh menghela nafas dalam-dalam selepas mengantar jenazah itu masuk liang lahat. Ia berpikir mengapa saudara-saudaranya sebangsa itu demikian bodohnya melakukan tindakan-tindakan yang tak terpuji di negeri orang. "Kita menunjukkan sebagai bangsa yang bodoh dan tak punya aturan," gumamnya dalam hati.

***

Tengah malam terlihat orang sedang berdiri di pantai. Ia terlihat gugup dan was-was, setiap ada sesuatu atau bunyi yang mencurigakan, meski hanya ranting jatuh dari dahannya, refleknya langsung bergerak. Orang itu terlihat memandang Laut China Selatan. Selanjutnya ia wira-wiri sepanjang pantai sepertinya mencari sesuatu.

Sesuatu yang dicari itu ditemui. Sebuah perahu besar teronggok di bawah pohon kelapa. Ia girang, didorongnya perahu itu menuju ke pantai namun sepertinya usahanya itu sia-sia. Segala daya dikeluarkan namun perahu itu tak bergerak. Perahu itu terlalu besar sehingga dorongan tubuhnya yang kecil tak bisa membuatnya berpindah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun