Bui melangkah menuju ke rumahnya. Sepanjang jalan yang ia lintasi, ia menundukkan kepala. Ia tidak peduli pada apa yang lewat di sampingnya. Bajunya yang lusuh bisa membuat orang lain mengira dirinya seorang gelandangan. Tak heran bila ia sering dipandangi orang-orang yang nongkrong di jalan.
Ia pulang ke Phu Quoc setelah enam bulan meninggalkan pulau itu. Sebagai anak kedua dari Nguyen Van Manh dan Thu Pham, Bui tak peduli dengan kondisi orangtuanya sehingga ketika orangtuanya meninggal, ia tidak tahu dan tak mau tahu.
Enam bulan yang lalu, Bui meninggalkan rumahnya untuk merantau ke Ho Chi Minh. Ia pergi ke ibu kota Vietnam itu sebab tak mau menjadi pengangguran di kampungnya. Untuk itu dirinya mengadu nasib di kota terbesar di Vietnam itu. Dengan bekal seadanya ia pergi dengan naik kapal laut, ferry, ke Ho Chi Minh. Jarak dari Phu Quoc ke Ho Chi Minh ditempuh dalam waktu 1 hari.
Tanpa mengetuk pintu, Bui masuk ke dalam rumah dan langsung merebahkan diri di kursi panjang yang ada di ruang tengah. Tak lama setelah merebahkan tubuhnya, terdengar suara orang mendengkur.
Mamanya, Thu Pham, yang tengah berbaring di kamar sebelah, mendengar suara yang aneh. Suara laki-laki yang sedang mendengkur. Ia berpikir itu bukan Ribo sebab Ribo bila tidur tidak pernah menimbulkan suara berisik. Pikirannya melayang, jangan-jangan suaminya. "Oh tidak, tidak mungkin," gumamnya membantah angan-angannya yang melayang jauh.
Ia bergegas menuju ke ruang tengah untuk mengetahui siapa laki-laki yang mendengur. Sesampai di ruangan itu, matanya langsung tertuju pada laki-laki yang membujur di atas kursi panjang itu. "Oh Bui datang," ujarnya dengan datar.
Dihampiri anaknya yang kedua itu dan diguncang-guncang tubuhnya, "bangun, bangun, bangun." Meski sudah diguncang-guncang namun Bui tetap terlelap. Guncangan diperkeras hingga Bui jatuh dari kursi panjang itu. Gelapan saat tubuhnya terjerembab di lantai mester.
Dikucek matanya. Setelah matanya membuka, sosok mamanya berada di depannya, "ngapain sih ma. Orang lagi tidur dibangunkan," ujar Bui dengan nada jengkel.
"Heh kamu anak durhaka," kata mamanya dengan nada tinggi.
"Papa meninggal tidak datang. Kelayapan tak jelas."
"Datang-datang tak permisi, langsung mendengkur. Dasar anak kurang ajar."
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193