Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sarah, Gadis Vietnam dari Pulau Galang

5 Mei 2020   10:58 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:53 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

'Wussssss...' Mangga setengah busuk itu melayang di udara dan menerobos beberapa dahan dan ranting di rerimbunan pepohonan. 'Bluukkk..." Mangga setengah busuk itu jatuh tepat di muka Dipo. Dirinya kaget. Ia melihat ada mangga setengah busuk terdampar di depannya. Ia melihat ke atas, dirinya heran yang menaungi dirinya bukan pohon mangga namun kok ada buah itu jatuh. Selanjutnya dengan setengah berlari ia melihat ke semak-semaki, ia berpikir jangan-jangan ada orang yang melempar.

Tahu Dipo melihat ke arah rerimbunan di mana para pembuat onar itu bersembunyi, mereka semuanya tiarap dan membisu. Mereka takut keberadaanya diketahui.

"Oiiii.... siapa di situ," teriak Dipo. Ia mengulang teriakan itu. Di tengah mengawasi semak-semak, Tinh tiba-tiba berada di sampingnya dan berkata, "sudahlah kak, mari kita pulang."

"Ada yang nggak suka kita seperti ini."

Mendengar Tinh mengatakan demikian, Dipo langsung memandang wajah gadis cantik itu. Ia membenarkan apa yang dikatakan itu dan selanjutnya mengangguk tanda setuju dengan apa yang diinginkan Tinh untuk mengajak pulang.

***

            Di ruang tengah barak yang ditempati, Nguyen Van Manh dan Thu Pham serta dua anaknya tengah menikmati siaran televisi, pada masa itu siaran televisi yang bisa dinikmati hanya TVRI. Mata Nguyen Van Manh dan Thu Pham tak berkedip ketika melihat Presiden Soeharto di hadapan para petani tengah melakukan sambung rasa. Di tengah sawah yang tengah panen itu, rakyat mengeluarkan segala unek-uneknya atas apa yang mereka hadapi, mulai dari soal infrastrukur, pupuk, dan benih.

            Mendapat segala masalah yang dihadapi para pahlawan pangan itu, Presiden dengan murah senyum menjawab, menjelaskan bahkan memberi solusi dengan cara yang sederhana sehingga sambung rasa itu terlihat hangat dan akrab, tak ada jarak antara Presiden dan rakyat.

            "Enak ya hidup di Indonesia," ujar Nguyen Van Manh.

            "Tanahnya subur, rakyatnya makmur, dan pemimpinnya memberi perhatian."

            "Negeri ini luas dan terdiri dari ribuan pulau namun mereka bisa bersatu."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun