"Saya juga," yang lain menimpali.
Pesta beer pun berlangsung, Sarah di tengah pesta itu hanya mengawasi setiap gerakan yang ada. Dirinya tidak minum, ia pura-pura seolah-olah minum dan menikmati acara itu. Ia terus mengawasi pria yang membawa kunci kamar Ribo dan Bui, sesekali melihat kamar penyekapan, dan sesekali melihat Tam.
Sarah ingin dalam pesta itu secepatnya mereka hilang ingatan karena mengkonsumsi beer di luar batas takaran. Setelah pesta berlangsung sekian waktu, satu persatu mereka tumbang. Beer yang diminum terlalu banyak sehingga ingatan mereka lenyap. Tinggal Tam yang sepertinya masih kuat daya ingatannya sehingga ia masih terlihat meneguk minuman keras. Melihat hal yang demikian, Sarah mendekati dan merayunya, "ayo minum terus. Katanya mau menikah sama saya. Kalau mau menikah sama saya, minumnya harus banyak. "
Dirayu yang demikian, Tam sepertinya tersulut untuk menambah dosisnya. Ia termakan rayuan Sarah sehingga, tegukkan beer terus ditumpahkan ke dalam kerongkongannya. Perlahan-lahan genggaman tangan Tam pada botol beer melemah hingga akhirnya ia jatuh tersungkur di lantai tak sadarkan diri.
Begitu semua tak sadarkan diri, Sarah langsung mengambil kunci itu pada pria yang bertubuh tambun. Ditariknya kunci itu yang menggantung di sabuknya. Setelah itu ia bergegas menuju kamar Bui. Segera dibukanya pintu itu. Begitu pintu terbuka dan melihat Sarah, Bui langsung terperanjat dan mengatakan, "adikku..." Bui langsung keluar dan dipeluknya adiknya itu, "cepat lari kak," ujarnya. Sarah langsung menuju ke ruang Ribo. Dibuka pintu kamarnya, di dalam kamar itu terlihat Ribo duduk meringkuk seperti orang yang putus asa. "Kak Ribo," teriak Sarah. Teriakan itu mengagetkan Ribo, ia menatap arah suara itu. Begitu tahu Sarah, tubuh Ribo seperti mendapat energi baru. Ia langsung bangkit, keluar dari kamar dan memeluk Sarah kuat-kuat. "Kak saya masih setia sama Kak Ribo,' ujar Sarah.
"Pesta beer ini hanya akal-akalan saya untuk mengelabui mereka."
Setelah Ribo melepaskan pelukan itu, Sarah langsung mengatakan, "ayo semua lari dari tempat ini."
"Tunggu, tunggu, tunggu," ujar Ribo. Mendengar ucapan itu, Sarah heran, apa yang dimaui Ribo sehingga harus menahan untuk meninggalkan tempat itu.
 "Mana kuncinya?"
Sarah menyerahkan kunci itu pada Ribo. Setelah kunci itu diserahkan, Ribo lalu menyeret tubuh Tam ke dalam kamar di mana dirinya disekap. Untung saat Tam diseret ia tidak sadar. Setelah tubuh itu digeletakkan di dalam kamar yang pengap, pintu langsung dikunci. "Ayo lari," ujar Ribo. Mereka bertiga, Bui, Ribo, dan Sarah bergegas meninggalkan tempat itu. Kunci yang berada di tangan Ribo dilempar begitu saja ke arah semak belukar.
Â
Â
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193