Permainan dilanjutkan lagi. Dari putaran ke putaran suasana semakin tegang, panas, adu mulut sering terjadi di antara mereka bahkan sudah hampir baku hantam namun untung masih bisa dicegah dan dilerai. Hari semakin sore tetapi mereka tidak peduli, sepertinya mereka larut dalam perbuatan yang tidak legal di hukum Indonesia itu.
Pada sebuah putaran yang kesekian kalinya, penjudi kedua melemparkan sebuah kartu berwarna merah dengan sebuah angka tertera jelas. Setelah melempar kartu itu, selang beberapa detik, ia mengambil lagi kartu itu dan mengganti dengan kartu yang lain. Melihat hal yang demikian rupanya membuat penjudi ketiga tidak suka dan marah.
"Kamu jangan begitu dong!" ujarnya.
"Ya nggak papa, kamu kan belum melempar kartu!" balas penjudi kedua dengan suara yang tak kalah tinggi.
"Tapi caramu itu mengganggu konsentrasi," balas penjudi ketiga tak mau mengalah.
"Sudah, sudah, kita lanjutkan permainan ini," penjudi pertama mencoba melerai.
"Ya betul, gitu saja ribut," penjudi kedua menimpali.
"Siapa yang mau bikin ribut!" penjudi ketiga sepertinya tersinggung.
"Kamu!" penjudi kedua berkata dengan kasar sambil berdiri.
Merasa seperti ditantang, penjudi ketiga ikut berdiri dan secara spontan melayangkan pukulan ke muka penjudi kedua. Penjudi kedua berkelit dan langsung membalas, rupanya pukulan itu mengena muka penjudi ketiga. Tak terima mukanya dipukul, ia langsung menubruk badan lawannya itu sehingga terjadilah pergumulan. Melihat yang demikian, orang-orang yang berkerumun itu ada yang lari menghambur keluar, ada pula yang tetap berada di ruangan itu dan sebagaian mencoba untuk melerai.
Sama-sama panas dan emosi, pergumulan dua penjudi itu berlangsung sangat keras dan brutal, baku pukul terjadi. Dalam pergumulan, tiba-tiba penjudi kedua mengeluarkan pisau yang sejak tadi diselipkan di pinggangnya. Hal demikian tidak disadari oleh penjudi ketiga. Di saat penjudi ketiga berhasil mencekik penjudi kedua, secara cepat penjudi kedua menusukkan pisau tepat ke perut penjudi ketiga. "Huuukh..." penjudi ketiga mengerang kesakitan ketika pisau itu menghujam ke dalam perutnya. Cekikan melemah, ia jatuh tersungkur, dan mengerang kesakitan.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193