Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sarah, Gadis Vietnam dari Pulau Galang

5 Mei 2020   10:58 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:53 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Di dermaga itu sudah berdiri beberapa pelaut dan marinir yang dalam kondisi siaga. "Ayo naik dan berbaris," ujar marinir yang berada di perahu dengan tegas. Mereka menurut apa yang diperintahkan itu.

Selanjutnya mereka digiring menuju ke sebuah ruangan seukuran lapangan bulu tangkis. Semua disuruh duduk di tempat itu. Tiba-tiba secara spontan Thu Pham mengatakan, "pak tolong kami belum makan, pak tolong kami belum makan." Apa yang dikatakan itu diikuti oleh yang lain. Sehingga ruangan itu menjadi berisik dan gaduh. Mendengar yang demikian, sang komandan merasa iba sehingga ia memerintahkan anak buahnya untuk menyediakan makan dan minum.

***

            Selang beberapa hari, para penumpang perahu kayu itu membaur dengan masyarakat. Mereka tinggal di rumah-rumah penduduk. Untung orang Vietnam Selatan itu tahu diri sehingga saat tinggal di rumah penduduk, mereka tak sekadar numpang tidur dan makan namun juga membantu mata pencaharian sehari-hari. Ada yang menjadi nelayan, petani, peladang, dan berdagang kecil-kecilan. Dari situlah mereka bisa hidup lebih baik dan tenang, tidak merasa was-was seperti di negara asalnya.

            Ketika Nguyen Van Manh sedang berada di tepi pantai tak jauh dari pelabuhan, dirinya melihat ada beberapa perahu kayu yang digiring oleh kapal perang Indonesia untuk merapat. Diamatinya para penumpang perahu, "oh ternyata mereka sama dengan kita.'

"Ternyata masih banyak orang yang menyelamatkan diri."

Nguyen Van Manh melihat peristiwa seperti itu tidak sekali namun beberapa kali, akibatnya wilayah yang didiami dan sekitarnya disesaki oleh orang-orang Vietnam Selatan. Ketika masih ada puluhan orang Vietnam berada di pulau itu, masyarakat dan lingkungan terasa aman dan nyaman namun ketika sudah ada ratusan orang Vietnam menjadi penghuni baru maka masalah sosial mulai muncul, mereka ada yang tidur sembarangan, suka meminta-minta di pasar, ada yang mencuri hasil ladang, bahkan sering melakukan keributan meski di antara mereka sendiri.

Pengungsi Vietnam Selatan rupanya tidak hanya ditampung di Kepulauan Natuna namun juga di Kepulauan Anambas dan Pulau Bintan. Membanjirnya pengungsi Vietnam Selatan ke Indonesia rupanya mendapat perhatian UNHCR. Setelah berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia, akhirnya disepakati seluruh pengungsi akan dilokalisasi di Pulau Galang.

Pulau Galang dengan luas kurang-lebih 250 ha saat ini masuk dalam wilayah pemerintahan Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau.

***

Dengan dana yang dikucurkan oleh UNHCR, dibangunlah kamp pengungsian untuk menampung orang-orang Vietnam Selatan. Di lahan seluas 80 ha, di Desa Sijantung, Pulau Galang, lembaga dunia yang menginduk pada PBB untuk membangun berbagai fasilitas untuk 250.000 pengungsi. Fasilitas itu seperti barak, rumah, rumah sakit, sekolah, dan tempat ibadah. Fasilitas yang dibangun tidak hanya itu, saluran listrik dan air bersih juga disediakan. Semua biaya hidup para pengungsi ditanggung oleh UNHCR.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun