Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sarah, Gadis Vietnam dari Pulau Galang

5 Mei 2020   10:58 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:53 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Daun pepaya dijadikan obat sepertinya tradisi orang Indonesia untuk jamu."

"Orang-orang Jawa yang di sekitar barak biasanya membuat daun pepaya untuk jamu, buat diminum sendiri atau dijual."

"Pasti kamu kenal sama orang Jawa ya?"

Mendengar penjelasan dan pertanyaan itu, Tinh lagi-lagi tertawa sumringah.

***

Di sebuah barak kosong, puluhan laki-laki membentuk sebuah lingkaran. Mereka melingkari empat laki-laki yang lain yang tengah memegang kartu. Di depan empat laki-laki itu ada tumpukan uang dong dan rupiah. Meski terdapat puluhan orang namun suasana senyap terasa di ruangan yang dibatasi oleh dinding-dinding kayu.

Agar suasana tak panas karena pengap oleh sesaknya orang, maka jendela yang ada dibuka lebar-lebar agar angin bisa masuk sesukanya. Mereka semua diam sebab tidak mau mengganggu keempat orang yang sedang berjudi. Selain itu bila mereka gaduh akan memancing perhatian orang lain bahkan polisi. Bila ketahuan polisi, pasti perjudian itu akan dibubarkan dengan paksa dan pelakunya akan digelandang ke pos.

"Plak.." sebuah kartu dilempar ke tengah lingkaran oleh salah seorang penjudi. Melihat salah satu kartu dilempar, tak lama kemudian, penjudi lain melempar kartu yang warnanya sama namun beda angka. Melihat dua kartu yang tergeletak, penjudi ketiga terlihat dahinya mengernyit. Sepertinya ia tengah berpikir kartu mana yang akan dilempar. Dirinya masih banyak pilihan sebab kartu yang berada di tangan masih banyak. Setelah ditimbang-timbang, akhirnya ia menjatuhkan sebuah kartu di mana angka paling besar dibanding dua kartu sebelumnya.

Sebagai posisi yang terakhir, penjudi keempat menjadi penentu permainan. Semua penjudi termasuk orang-orang yang berkerumun melingkari menjadi tegang. Wajah penjudi keempat terlihat pucat, ia memilah-milah kartu mana yang akan ditaruh di kartu-kartu yang berada di muka mereka yang posisinya sudah terbuka.

"Ini saja," ujar penjudi keempat dengan pasrah. Kartu yang dipilih dan selanjutnya dilempar ke tengah arena itu rupanya angkanya lebih kecil dibanding dengan angka dari kartu yang dilempar oleh penjudi ketiga. Dengan hasil itu maka penjudi ketiga memenangi putaran kedua permainan judi. "Asyik menang," ujar penjudi ketiga.

"Bisa makan enak dan ngelonte lagi."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun