"Papa sudah memberi wasiat pada Kak Ribo untuk menjaga Sarah."
"Jadi jangan bersedih, di sini ada Kak Ribo."
Sama seperti saat mendengar anaknya yang pertama yang telah dihukum mati, Thu Pham juga pingsan saat ditinggal pergi selamanya oleh suaminya itu. Para tetangganya segera membopongnya ke dalam kamar dan memberi pertolongan agar dirinya siuman dan kuat menerima kenyataan.
Setelah Sarah dan Thu Pham terlihat tabah, para tetangganya mengurus proses pemakaman Nguyen Van Manh.
***
Iring-iringan pengantar jenazah mengular. Mereka ingin mengantar Nguyen Van Manh ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Jalan menuju ke pemakaman dipenuhi iring-iringan itu.
Tiba di pemakaman, suasana haru semakin terlihat. Lubang liang lahat menganga, seakan-akan sudah siap menerima tubuh Nguyen Van Manh. Prosesi keagamaan pun dilakukan hingga akhirnya peti yang membungkus jenazah Nguyen Van Manh diturunkan ke dalam liang lahat. Saat peti itu dibenamkan ke liang lahat, terdengar suara tangis Sarah dan Thu Pham. Saudaranya memegangi Thu Pham agar kuat menerima kenyataan itu. Sedang Ribo memegang dari belakang tubuh Sarah.
Setelah peti itu berada di dasar liang lahat, tanah liat gembur segera ditimbunkan ke lubang yang menganga itu. Pelan namun pasti akhirnya lubang menganga itu tertimbun dengan tanah hingga membentuk gundukan. Setelah itu, para tetangga dan saudara menebar bunga yang harum wanginya. Sang pendeta pun memberikan khotbah. Tangis Sarah terdengar lirih.
"Amin..." sambut para pelayat ketika pendeta mengakhiri khotbah. Dengan kata amin secara serempak itu menandakan proses pemakaman telah selesai. Satu persatu pelayat meninggalkan makam hingga akhirnya tinggal beberapa orang, di antaranya Thu Pham, Sarah, dan Ribo. Thu Pham dan Sarah sepertinya tidak mau beranjak dari tempat itu. Setelah dikuatkan oleh tetangga dan Ribo, akhirnya Thu Pham dan Sarah mau meninggalkan tempat pembaringan abadi Nguyen Van Manh.
Saat melangkah meninggalkan pemakaman, Sarah sesekali menghentikan langkah dan menoleh ke arah tempat pemakaman yang masih basah tanahnya itu. "Sudahlah sayang, papa sudah bahagia di surga," ujar Ribo sambil menggandeng tangan Sarah.
"Papa tidak minta ditunggu pemakamannya namun ia minta didoakan."
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193