Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sarah, Gadis Vietnam dari Pulau Galang

5 Mei 2020   10:58 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:53 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Ah jangan tanya enak atau tidak dulu," Ribo menjawab pertanyaan Arman.

"Man, mau bertanya nih?"

'Tanya apa?" balas Arman.

Ribo menanyakan bagaimana rencana hukuman mati yang akan dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan bagaimana sikap masyarakat terhadap rencana hukuman mati itu. Mendapat pertanyaan yang cukup panjang itu Arman membalas.

"Soal hukuman mati itu sepertinya pemerintah akan tegas namun sikap pemerintah itu bisa goyah bila negara-negara besar menekannya. Lihat saja ketika warga negara Australia hendak dihukum mati, kepala pemerintahan di sana benar-benar menekan pemerintah Indonesia dan tekanan mereka berhasil terbukti pemerintah kita membatalkan atau menunda hukuman mati. Kasihan kalau hukuman mati diberikan kepada warga negara dari sebuah negara yang pemerintahannya lemah baik secara ekonomi, politik, dan militer, hukuman mati itu pasti akan dijatuhkan secepatnya.

Dukungan hukuman mati kepada pengedar obat-obat terlarang, juga didukung oleh masyarakat, buktinya organisasi besar seperti NU dan Muhammadiyah mendukung hukuman mati pada pengendar narkoba. Dukungan itu diberikan saat Presiden Joko Widodo mengujungi kantor kedua organisasi massa Islam itu.

Sikap masyarakat yang kritis selama ini kepada hukuman mati sepertinya juga melempem. Entah mengapa masyarakat seperti ini, apakah yang dihukum mati itu bukan orang Indonesia? Saya tidak tahu, namun anehnya bila yang dihukum mati itu orang Indonesia yang berada di Malaysia atau Arab Saudi, semuanya serentak menentang hukuman mati itu. Adilkah kita di sini?

Mendengar pesan yang ditulis Arman, Ribo menarik nafas dalam-dalam. Sepertinya ia tidak bisa membantu proses hukum pada Tran. Dirinya hanyalah orang biasa, yang tidak mempunyai kekuatan apa-apa. Membantu meringankan hukuman mati pada Tran sangat sulit sebab Vietnam bukan Australia. Vietnam adalah negara yang lemah sehingga tidak bisa menekan Indonesia. Karena Vietnam lemah maka pemerintah Indonesia bersikap tegas pada Tran. Tapi pemerintah Indonesia tak bisa bersikap tegas pada orang-orang Australia karena negara itu bisa menekan Indonesia. Jadi hukum yang dijatuhkan menjadi lemah atau bisa ditawar dengan yang lain. Selain itu hukuman mati kepada pengendar narkoba didukung organisasi-organisasi besar berbasis massa Islam.      

***

Di ruang tengah, terlihat Nguyen Van Manh, Thu Pham, Sarah, dan Ribo. Di kursi terlihat pandangan Nguyen Van Manh murung. Wajahnya terlihat hampa. Kesedihan memuncrat di rautnya. Mereka sepertinya meratapi nasib yang mereka alami, anak pertamanya, Tran akan dihukum mati oleh pemerintah Indonesia.

"Mengapa nasib pahit selalu kita terima," ujar Nguyen Van Manh meratap.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun