Hang mencoba mendekati dan ingin tahu mengapa kawannya itu tertawa cekakan. Mungkin ada yang lucu sehingga Dipo tertawa berkepanjangan. Saat Hang melongokan mukanya ke tempat kerja Dipo. Sepertinya tak ada yang lucu namun dirinya heran mengapa kawannya itu terus tertawa. Hang hanya melihat Dipo memandangi foto Tinh. Setelah memandangi foto itulah, suara tawa menjadi tangis.
      Perubahan mendadak dari tawa ke tangis itulah yang membuat Hang dan yang lain bingung, ada masalah Dipo kok seperti itu. Pikiran Hang pun melompat jauh. Ia berpikir jangan-jangan kepergian Tinh membuat jiwa Dipo terganggu jiwanya. Pikiran yang belum pasti kebenarannya itu membuat Hang merasa kasihan dan iba pada temannya itu.
***
Jam kantor sudah menunjukkan waktunya namun di ruang kerjanya, Dipo belum terlihat. Melihat hal yang demikian membuat Hang merasa cemas, jangan-jangan ketidakhadiran Dipo itu membuat atasannya marah. Â
Rupanya kecemasannya itu sirna sebab tiba-tiba Dipo muncul. Dari pintu masuk kantor, ia melangkah ke meja kerjanya. Saat melintasi tempat kerja Hang, tiba-tiba Dipo menghadapnya. Dengan sikap sempurna selanjutnya ia memberi hormat, "hormat grakk." Selepas melakukan hormat, ia melanjutkan langkahnya ke meja kerjanya. Mendapat perlakuan yang demikian, Hang menjadi heran. Sepertinya ada yang aneh pada Dipo. Jangankan sikap nyleneh seperti itu, ia datang terlambat pun tak pernah.
Belum sirna keheranan Hang pada keanehan sikap Dipo. Tiba-tiba dari ruang kerja temannya itu terdengar suara Dipo yang sedang menyanyi. Kalau menyanyi dengan suara yang pelan mungkin hal demikian tidak menjadi soal. Masalahnya adalah Dipo menyanyi dengan suara yang keras. Suara keras itu tak hanya mengganggu Hang namun juga mengganggu yang lain. Bahkan suara itu sampai masuk ke telinga atasannya.
Mendengar suara yang parau yang membahana itu, atasannya keluar. "Dipo, diam kamu!!" Bentakkan itu rupanya tidak dihiraukan. Atasannya mengulangi bentakkan itu. Hasilnya sama, Dipo bergeming. Merasakan direndahkan, atasannya itu langsung melihat Hang, "Hang itu temanmu bagaimana!?"
Merasa dilibatkan dalam masalah itu, Hang bingung harus bagaimana bersikap. Atasannya itu kembali ke ruangannya dengan bersungut-sungut. Tahu atasannya kembali ke ruangan, Hang lalu menyusul. Diketuk pintunya. "Masuk," ujar suara dari dalam setelah mendengar ketukan pintu itu.
"Ada apa kamu?" ujar atasannya begitu melihat Hang di hadapannya.
"Pak saya mau menceritakan apa yang terjadi pada Dipo," kata Hang setelah duduk di depan atasannya. Hang pun menceritakan apa yang terjadi pada kawannya itu, mulai dari perkenalannya dengan Tinh sampai kepergiannya.
"Jadi sepertinya Dipo mengalami gangguan jiwa setelah ditinggalkan kekasihnya," ujar Hang dengan suara iba. Mendengar cerita itu muka atasannya yang biasanya kaku berubah menjadi datar. "Kasihan dia," ujarnya lirih.Â
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193