***
Sebab segala identitas yang dimiliki Ribo hilang, membuat dirinya harus kembali mengurus surat-surat identitasnya. Untuk itu pertama kali menemui Pak RT untuk meminta surat keterangan diri guna bisa memperoleh KTP di kelurahan. Menemui Pak RT tidak susah sebab Ribo sudah sering bertemu dengannya sehingga prosesnya cepat dan lancar. Pun demikian saat di kelurahan tak mengalami hambatan sehingga urusan KTP-nya yang ikut hilang di Ho Chi Minh cepat selesai.
Hari-hari panjang dan melelahkan dirasakan oleh Ribo saat dirinya mengurus passport di Kantor Imigrasi. Dirinya harus bolak-balik ke kantor itu, mulai dari wawancara untuk membuat berita kronologi, meminta surat keterangan dari polisi yang menyatakan kehilangan, hingga harus ke Kantor Hukum dan HAM di wilayah untuk dicek apakah pengaju passport sedang dicekal atau memiliki catatan hitam.Â
Membuat Ribo deg-degan sebab ada yang mengatakan permintaan passport bisa tidak dilayani dengan alasan ada yang memperjualbelikan passport. Dirinya membayangkan bagaimana kalau ia tidak memiliki passport, hal demikian pastinya membuat ia tidak bisa melakukan kegemarannya, backpacker ke luar negeri. Namun dirinya mempunyai dalih yang kuat bahwa dirinya memang mengalami nasib yang apes, kejambretan, jadi passport-nya benar-benar hilang karena disebabkan ulah orang lain bukan karena dirinya.
Ribo tetap sabar dalam menjalani proses pembuatan passport, dirinya tidak mau marah-marah kepada petugas imigrasi yang menurutnya lamban. Bila marah-marah hal demikian justru akan menyusahkan dirinya, bisa-bisa akan semakin dipersulit. Kesabaran yang dijalani Ribo akhirnya berbuah hasil. Akhirnya Kantor Hukum dan HAM memberi catatan yang positif bahwa Ribo tidak memiliki catatan hitam apalagi dicekal. Dengan surat keterangan itu membuat kantor imigrasi harus membuatkan passport baru untuk Ribo. Bukti dari diberinya passport baru buat Ribo adalah dirinya harus melakukan pemotretan. Di sesi inilah sesi terakhir sebelum buku passport diserahkan kepada pemilik. Â
***
Lewat pesan facebook, Sarah menanyakan kabar Ribo. Sarah bertanya apakah Ribo sudah membuat passport lagi. Baginya itu penting sebab dengan passport yang sudah ada, ia bisa secepatnya kembali ke Vietnam untuk menemui dirinya.
Dengan cekatan Ribo membalas pesan itu. Ia menulis bahwa seluruh proses pembuatan passport telah dilalui hingga buku kecil itu sekarang sudah ada di tangan. Ia juga mengungkapkan ingin kembali ke Vietnam secepatnya agar bisa bertemu dengan Sarah.
Kedua orang yang berjauhan jarak itu selanjutnya asyik dengan perbincangan lewat media sosial itu. Di tengah asyiknya berbalas pesan, Arman tiba-tiba menyapa, "hai Ribo ke mana saja kamu, kok lama nggak kelihatan." Mendapat sapaan teman lama, Ribo teperangah dan langsung membalasnya, "hai Man."
"Ke mana juga kamu kok baru kelihatan."
Mereka pun salin berjabat tangan dan berpelukan. Terlihat sangat akrab di antara mereka. "Gimana kabarmu?" Arman bertanya sambil mengajak Ribo duduk di sebuah sudut caffe. "Aku baik-baik saja Man," jawa Ribo.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193