Mohon tunggu...
Putu Adi Putra
Putu Adi Putra Mohon Tunggu... Buruh - Penulis

seorang penulis yang ingin menginpirasi orang banyak.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Perjuangan Cinta

16 Oktober 2024   11:38 Diperbarui: 17 November 2024   12:17 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Boleh silahkan. Tapi jangan bicara keras-keras supaya pasien lainnya tidak terganggu.

" Baik dok. "

Iren dan juga keluarga Manu segera masuk ke dalam ruangan pasien. Mereka melihat tubuh Manu tebaring lemas tidak sadarkan diri di atas tempat tidur. Melihat kondisi anak bungsunya seperti itu Rima merasa iba. Begitu pula Iren wajahnya memerah dan perasaannya cemas melihat orang yang dia sayangi tadinya baik-baik saja sekarang malah tidak berdaya di atas tempat tidur. Dia terbayang dengan canda tawa Manu ketika bersamanya.

Ibu Rima memadangi wajah Manu yang sedang tak berdaya dengan tatapan sedih hingga air matanya gugur berjatuhan. Dia terpukul berat atas musibah yang menimpa anaknya itu. Sambil mengelus-ngelus dahinya dengan penuh harapan putra bungsunya segera pulih dan sadarkan diri. Rano dan Nagita mencoba menangkannya.

" Sudah ma sabar kita tunggu Manu pulih papa yakin dia pasti baik-baik saja. " ucap Rano sambil  memegang ke dua pundak Rima.

" Siapa yang tega mekukan ini pada Manu pa ?"

" Papa juga tidak tau siapa dalang dari semua ini. Yang terpenting sekarang kita berdoa pada Yang Mahakuasa agar anak kita segera pulih. " Saut Pak Rano

" Iya pa. "

Hari menjelang malam Iren ingiin pulang baik ke rumah karena orang tuanya menanyakan keberadaan dirinya. Dia berpamitan dengan keluarga Manu. Setelah dia tiba di area loby rumah sakit tiba-tiba telponya berdering. Di telponnya terlihat foto Renaldi laki-laki yang sudah membuat Manu celaka. Iren merasa kesal karena dia tidak suka dengan laki-laki yang bernama Renaldi itu. Beberapa kali dirinya di ajak kencan berduaan namun Iren menolak. Seketika wajahnya menciut dan mematikan panggilan telepon. Tapi Renaldi terus menelponnya sampai jari jemarinya menyerah memaksa untuk menerima telepon.

" Hallo, selamat malam." Ucap Renaldi.

" Iya ada apa ?" tanya Iren kesal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun