" Ibu mau bertemu dengan Manu. Ibu mau mengucapkan terimakasih kepada dia. Atas pengorbanan yang dia lakukan demi ayahmu. Ucap Malina kepada anak sulungnya.
"Iya bu, ada sesuatu yang ingin Iren katakana pada Ibu tapi ibu jangan marah ya !" ucap Iren dengan raut wajah memerah.
" Iya-ya katakan saja." balas Malina sambil tersenyum.
" Iren sudah jadian sama Manu. "Ucap Iren dengan nada yang rendah.
" Hem... Balas Malina kepada putri sulungnya itu.
" Kenapa bu,ibu marah ? Ucap Iren dengan raut wajah takut.
" Engga sayang.. ngapain juga  marahin kamu buang-buang tenaga aja. Lagi pula kamu itu udah dewasa dan paras mu cantik ya wajarlah kamu mulai merasakan binar-binar cinta. Balas Malina sambil memperlihatkan barisan gigi di mulutnya.
" Makasi bu udah ngertiin Iren.
" Iya, sekarang kamu pergi tidur sana ini sudah malam. Ucap Malina sambil mengelus puncak kepala Iren.
Iren melangkahkan  kaki nya menuju kamar tidur dia mendengar suara hanpondenya yang sedang berdering dari kejauhan,
" Ceklek
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159