Mohon tunggu...
Surikin SPd
Surikin SPd Mohon Tunggu... Guru - Ririn Surikin

Terus Belajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rifana

22 Januari 2022   19:50 Diperbarui: 22 Januari 2022   19:52 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ayah seorang yang sangat taat beribadah, menghabiskan hari-harinya ke mesjid dekat rumah. Sehabis isya baru beliau pulang dan kami pun bercengkerama bersama. Kebagian yang kurasakan kini tidaklah sebesar duka-duka ku dulu.

Kini nikmat Allah yang kurasakah setiap hari bahkan setiap detik. Tugasku kini menjadi seorang bunda yang baik untuk kedua buah hatiku dan aku ingin membayar kesedihan bunda di masa lalu. Kesedihan yang bukan karena perbuatannya. Tetapi imbas dari jabatannya. Aku ingin membuat bunda melupakan masa lalunya yang pernah suram. Kehilangan buah hati yang dicintainya. Menjadi penghuni hotel prodeo selama dua tahun dan keterpukulan jiwanya. Aku ingin menjadi pengobat duka lara di hati bunda yang pernah singgah. Bunda izinkan aku untuk memoles bekas luka di hatimu.  Aku sebagai anak ingin membuat ukiran yang bertahan lama di hatimu. Walaupun aku tidak sesempurna bunda tapi setidaknya aku ingin mendekati kesempurnaan itu.

Semburat mendung di cakrawala tidak memastikan hujan akan tiba. Itu hanya pelindung diri dari teriknya matahari. Angkasa yang luas tidak sebanding dengan semburat mendung. Hanya dibagian satu sisi saja lalu terusir bersama hembusan angin. Berpindah ke tempat yang lain.

Kini langit telah bersinar cerah, dari pagi matahari menyembulkan warnanya . siang hari tidak terlalu panas dan sore hari matahari memancarkan cahaya yang begitu indah. Terkadang ada mendung, lalu hujan tetapi hujan itu juga rahmat. " kalau kita pandai bersyukur maka akan datang nikmat-nikmat Allah yang linnya."

" Semburat Mendung di Cakrawala" kini telah pergi ditiup  angin sepoi-sepoi. Membawanya ke arah mata angin dan ke daerah lain. " semburat mendung di cakrawala" kini hanya menjadi cerita. Di balik mendung itu kita bisa berlindung dari teriknya matahari. Di balik semua ujian akan ada kenikmatan-kenikmatan. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Kalau Allah sudah berkehendak maka tidak ada yang tidak mungkin terjadi. ' Semburat mendung di Cakrawala kini menjadi cerita. Cerita tentang nikmatnya kehidupan.

" SEMBURAT MENDUNG DICAKRAWALA"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun