Setelah kembali umroh, aku beraktiviata seperti biasa kembali. Tugas sebagai guru yang sudah kutinggalkan selama empat belas hari membuat aku kangen dengan sekolah, kangen dengan teman-temanku dan kangen pada peserta didikku. Sambutan yang hangat dan kekeluargaan yang kuat menyambutku kembali di sekolah ini. Sekolah yang telah membesarkan namaku. Saksi bisu tempatku merangkai prestasi.
Wajah-wajah yang cerdas menyambutku di depan kelas. Kelas yang selalu ramai dengan strategi-strategi yang ku terapkan. Di kelas inilah awal mula aku melakukan penelitian. Sejak kelas sepuluh aku selalu mendampingi mereka. Tiga tahun kebersamaan kami membuat ikatan batin yang erat. Di kelas ini kulakukan penelitianku. Dari kelas ini pulalah muncul ide-ide ku untuk menulis. Satu cerpen, dua cerpen dan dua novel.
Ide ku menulis pertama kalinya muncul karena cerita seorang muridku. Suatu hari dia berkeluh kesah tentang kondisi keluarganya. Entah mengapa aku tertarik untuk menulis ceritanya. Dengan seizinnya mulai kurangkai kata menjadi kalimat dan jadilah satu cerpen. Cerpen ini ku kirim di salah satu koran ternama di kotaku dan alhamdulillah dimuat dalam salah satu halamannya.
Begitu dimuat di koran ternama aku menjadi ketagihan menulis. Berbagai tulisannku dalam bentuk cerita, puisi dan deskripsi selalu ku kirim ke koran tersebut. Ada yang muat walalupun ada beberapa juga yang tidak di terbitkan.
Aku tidak berputus asa. Berbagai tulisan yang tidak diterbitkan ku masukkan dalam bank tulisan. Kini jumlah cerpen yang ku miliki telah berjudul dua puluh. Cerpen-cerpen ini ku jilid dalam satu buku dan ku tawarkan kepada penerbit. Alhamdulillah gayung bersambut. Kumpulan cerpenku mereka cetak dalam beberapa eksamplar dan aku menjapatkan fee dari setiap penjualan.
Rezeki dari Allah selalu mengalir . Buku-buku yang ku tulis mulai diterbitkan walau perlahan namun pasti. Kegemaran pada menulis menjadi kegiatan baru bagi di sela-sela kesibukan mengajar di sekolah dan peran sebagai bunda rumah tangga di rumah. Kegiatan menulis ku lakukan saat aku mempunyai waktu luang di sekolah maupun dirumah.
Hasil keringat dari menulis ini kutabung sedikit demi sedikit. Aku mempunyai niat untuk membawa ayah dan bunda pergi ketanah suci menunaikan ibadah umroh. Karena beberapa waktu lalu yang aku pergi umroh aku hanya berangkat bersama suamiku, saat itu aku berjanji pada kedua orang tuaku suatu saat nanti aku akan membawanya juga. " Doakan aku bunda." Itu pintaku saat itu.
Selama dua tahun menanti, mengumpulkan pundi-pundi rupiah, doa tulus kami di ijabah oleh Allah. Hal yang dinanti tiba. Hasil penulisan buku telah cukup untuk kami berangkat Umroh. Berbekal pengalaman umroh pertamaku , maka perjalanan ku kali ini tidak secanggung yang pertama. Aku makin hafal dengan pintu-pintu di masjid nabawi dan masjidil haram. Â Keinginan ayah untuk mengelilingi kakbah kini menjadi kenyataan. Sambil memegang kuat tanganku pelaksanaan umroh ayah dilakukan dengan rasa keikhlasan yang dalam. Tak lupa kupanjatkan doa di rumah Allah ini untuk kesembuhan ayah. Setelah sekian puluh tahun ayah mengalami stroke, sampai saat ini belum pulih benar.
Airmata bahagia tak pernah berhenti mengalir di pipi ayah dan bunda. Saat mereka bisa mengelilingi kakbah. Berlari kecil  antara shafa dan marwa. Sholat di hijir ismail dan memegang hajar aswat. Berulang kali mereka menyampaikan terimakasih padaku karena telah membawanya ketempat ini. Kukatakan pada mereka kalau apa yang kulakukan pada mereka tidak sebanding dengan yang mereka berikan padaku. Kasih sayang mereka, ketulusan mereka dalam membesarkanku, pengorbanan mereka dalam memberikan pendidikan . Intinya tanpa mereka aku tidak akan jadi seperti yang sekarang.
Kini aku telah dewasa . in sha Allah kehidupanku bahagia.mempunyai dua orang anak dan keluarga yang masih lengkap. Ditambah profesi yang sangat kusenangi. Kadang dalam memori ku teringat kembali memoar-memoar masa kecilku. Hampir di setiap jenjang sekolah aku mengalami ujian, ujian dari Tuhan. Tetapi apa yang kurasakan kini, ujian ku dulu ibarat  " semburat mendung di cakrawala". Begitu luasnya cakrawala di atas bumi yang setiap hari selalu memancarkan keindahannya. Langit yang cerah, awan putih yang membentuk mega-mega diangkasa. Terkadang juga ada mendung lalu ditiup oleh angin dan langit pun cerah kembali. Ujian-ujian yang kulalui menjadikanku semakin menyadari betapa Allah sangat mengasihiku. Butira-butiran pasir yang mengganjal tidaklah menjadi batu sandungan yang berarti.
Kini bunda dan ayah  tinggal bersamaku, aku yang menginginkannya dengan alasan rumah terasa sepi tanpa kehadiran ayah dan bunda. Aku pun ingin merawat mereka. Dan membuat mereka selalu bahagia. Usaha laoundry bunda kini telah diserahkan pada adik kandungnya. Karena aku juga tidak sanggup untuk melanjutkannya. Adik ku satu-satunya kini telah menempuh pendidikan di jawa di salah satu universitas ternama. Aku tidak ingin membebani bunda dan ayah untuk urusan pendidikan adikku. Bea siswa yang diperoleh serta sedikit dukungan dariku dimanfaatkan adikku dengan sebaik-baiknya. Aku ingin di hari tua bunda dan ayah  hanya beribadah mendekatkan diri pada Allah. Walau kadang bunda protes juga, bunda yang biasa bekerja keras tidak mau tinggal diam. Selalu ada saja kegiatan yang dia lakukan. Walau hari-harinya disibukkan dengan kegiatan keagamaan bersama bunda-bunda lainnya. Selain menjaga ayah dengan penuh cinta bunda juga disibukkan dengan menemani cucu-cucunya.