Sampai pada suatu hari yang sangat ku tunggu . setelah satu tahun sepuluh bulan aku tak bersama bunda. Kini Allah mempertemukan kami. Aku teriak sekuat tenaga memanggil bunda. Bunda yang selalu kurindukan. bunda kini telah pulang. Sujud syukur aku kepada Allah. Mengucapkan terimakasih pada hal yang tak terhingga. Mungkin Allah merasa ujian ini sudah selesai. Ku peluk bunda, kusampaikan rinduku.  Bunda mendapatkan potongan tahanan dua bulan karena sikapnya selama di penjara. Kini aku bisa merasakan  belaian lembut dari bunda, serasa tak percaya tetapi ini nyata. bunda sampaikan permohonan maaf dari bibirnya yang tak bisa menjadi seorang bunda yang sempurna. Bunda bagiku engakulah cahaya dunia. Engakulah rembulan penerang kegelapan. Engakulah malaikat pelindungku. Bunda... jangan memohon maaf padaku
Sejak kepulangan bunda dirumah hari-hariku terasa cerah kembali, ku tau dalam hati kecil bunda pasti ada rasa malu. Sempat ku dengar saat bunda masih dipenjara kemaren, bahwa dia tidak mau pulang ke rumah tapi mau pulang ke jawa saja. Hal itu tidak diiyakan oleh ayah tetapi ayah hanya ngomong itu nanti kita pikirkan sekarang yang penting keluar dulu.
Sesampainya dirumah bunda melakukan sujud syukur. Memasuki rumah dengan kaki kanan mengucapkan kata assalamualaikum. Linangan air mata mengalir di pipinya. Rumah yang sudah dia tinggalkan selama dua tahun kini telah dimasukinya kembali. Lembar baru bunda dimulai. Setelah bunda masuk pintu langsung di tutup. Entah kenapa, waktu pintu kubuka, bunda menyuruhku untuk menutupnya. Aku maklum, mungkin hari memesauki senja. Itu memang kebiasaan bunda sebelum menginap di hotel prodeo, setiap menjelang senja pintu tertutup dan kami sholat magrib bersama di rumah.
Setelah sholat magrib bunda melanjutkan dengan membaca alquran bersama terjemahannya. Sejuk rasa di hati ketika kudengar lantunan ayat-ayat alquran dari bibirnya. Bunda memang luar biasa kalau mengaji, tajwid serta penjang pendeknya sangat beliau kuasai. Ku hanya mendengarkan dan sesekali melihat wajah bunda yang ayu.
Suara ketukan pintu dan salam di luar sana menghentikan lantunan ayat suci bunda. Ku jawab salam dan atas perintah bunda menyuruhku membukakan pintu. Pintu ku buka dan kulihat ada puluhan orang berdiri di sana menyakan bunda. Tamu itu kusuruh masuk disambut dengan senyuman lembut bunda. Satu persatu mereka berpelukan dengan bunda. Saling bercerita dan menanyakan khabar bunda. Bunda banyak bercerita tentang pengalamannya disana. Mereka tetangga-tetanggaku yang selama ini selalu mendukungku. Tak jarang mereka mengirimkan makanan padaku waktu bunda masih disana.
Tangisan bunda pecah karena tetangga-tetanggaku menerimanya kembali. Rasa minder itu mulai luntur. Kulihat rona bahagia terpancar dari wajah bunda saat bercerita  tentang keadaan di dalam sana. Tidak lah seram seperti yang dibayangkan. Menurut cerita bunda keadaan di dalam sana sama seperti kegiatan kita sehari-hari hanya di dalam sana kita dibatasi oelh tembok yang menghalang pandangan kita keluar. Hanya masalh ruang yang lebih terbatas. Dengan lancar bunda bercerita pada tetangga-tetangga. Bahkan diiringi dengan senyuman " Tapi bukan berarti tempat disana nyaman ya bu, jangan sampai bunda menginap disana cukuplah saya saja." demikian gurauan bunda pada tetangga-tetanggaku. Setelah tetangga- tetangga pulang bunda bercerita dengan ayah tentang kehadiran tetangga- tetangga kami. sepertinya bunda sedikit lebih ringan dibandingkan sore hari ketika baru sampai di rumah tadi.  Ya Tuhan semoga ini menjadi peringan beban bunda.
Selanjutnya bunda mengisi hari-harinya di rumah. Bebagai pekerjaan rumah diselesaikan dengan terampil. Setelah satu minggu di rumah bunda dan ayah memutuskan untuk menjemput adikku di jawa. Dengan berpamitan padaku bundapun pergi ke jawa. Aku memang tidak bisa ikut kerena saat itu aku sekolah. Aku juga tidak mau ketinggalan pelajaran. Banyak yang harus kukejar. Sekarang aku harus lebih berprestasi karena tiada hal yang mengganjal hati. Kini bundaaku telah mkembali.
Bunda telah terbang ke jawa untuk menjemput adikku. Keluargaku akan utuh kembali. Ayah, bunda, aku dan adikku. Kami akan kumpul kembali. Mengisi hari --hari dengan hal --hal yanag bermanfaat. Banyak waktu terbuang saat kami berjauhan tapi kini kami tak terpisahkan.
Kini aku bersyukur pada Allah. Karena melalui ujiannya aku menjadi lebih mandiri. Aku terbiasa ketika tiada bunda. Tidak tergantung pada bunda lagi. Ketika bunda pergi ke jawa pekerjaan rumah menjadi tanggung jawabku. Aku tidak canggung lagi untuk melakukannya.
Pujian sering kudengar dari ayah begitu beliau pulang sekolah rumah sudah bersih. Rona bahagia terpancar diwajahnya. Buntutnya ayah ku mengajakku makan malam keluar. Aku boleh memilih dimana saja. Itulah hal yang paling membuatku bahagia. Â Penghargaan ayah karena kerjakerasku selalu beliau tunjukkan walau sekedar makan malam berdua. Menunya pun tak seberapa namun kedekatan dan kebersamaan kami tiada terkalahkan oleh apapun.
Hanya seminggu bunda pergi kepulau jawa untuk menjemput adikku. Tepat dihari minggu aku menjemput bunda di bandara. Kini adikku sudah besar. Sudah dua tahun aku tidak bertemu dengannya. Dia makin cantik, makin pintar. Aku semakin terharu dengan keberadaan adikku. Kami bertambah akrab, mungkin karna kami selalu terpisah oleh keadaan. Tapi kini mendung itu tiada lagi. Berganti dengan cerahnya langit dan sinar matahari yang begitu terang.