Begitu aku menemui pak khalid dan mempresentasikan skripsiku, pak khalid langsung meng ACC skripsiku. Alasannya skripsiku telah selesai dengan bimbingan pak Akram. Jadi kata pak khalid, aku tinggal mengikuti ujian sarjana saja.
Aku mengikuti ujian sarjana dengan perasaan kurang tenang. Aku memasuki ruangan persidangan. Kali ini aku harus mempertahankan apa yang telah ku tulis dalam skripsiku. Aku harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan tim penguji. Waktu dua jam untuk menjelaskan , dan memjawab pertanyaan dari penguji kulalui dengan cepat. Skripsi yang ku buat dengan hati ini mengangkat tema tentang penggunaan bahasa indonesia di sekolah. Berlatar belakang masih banyak siswa di satu sekolah yang menggunakan bahasa daerah atau bahas tidak  baku menjadi bahasa di lingkungan sekolah. Padahal sekolah merupakan instansi resmi. Seharusnya sekolah mulai membiasakan para siswanya untuk menggunakan bahas indonesia yang baik dan benar.
Dewan penguji yang terdiri dari tiga orang menyambut program yang ada di skripsiku. Penelitian yang ku terapkan di satu sekolah tempatku PPL kemaren mendapat acungan jempol dari salah satu dewan penguji. Karena tertariknya mereka dengan skripsiku membuat pertanyaa-pertanyaan yang banyak. Sekali lagi aku menulis dengan hati sehingga apa yang sudah ku tulis adalah apa yang benar-benar ku alami dan  kulakukan. Makanya aku lancar menjawab pertanyaan-pertanyan tim penguji.
Dihari itu setelah selesai ujian sarjana lengkaplah sudah proses untuk mendapatkan gelar sarjana. Dua gelar yang sudah ku dapat kini. Yang pertama gelaar " Kutu Buku" dari teman-temanku dan gelar Sarjana Pendidikan dari kampusku. Gelar sarjana yang kuperoleh setelah tiga setengah tahun menimba ilmu di perguruan tinggi.
Rifana Guntoro, S.Pd. itu namaku kini. Sebenarnya gelar yang sifatnya hanya dunia. Tidak kekal abadi. Tetapi aku ingat pepatah untuk dunia berusahalah seolah olah aku akan hidup kekal di dunia dan beribadahlah seakan-akan kamu akan mati esok. In sha Allah gelar sarjanaku ini akan mempermudahkanku untuk mencapai cita-cita ku. Tinggal selangkah lagi untukku meraih cita-cita. Menjadi seorang guru. Dengan gelar yang kusandang kini merupakan langkah awal untuk langkah berikutnya. Pengalamanku menjadi asisten Pak Akram menjadi bekal untuk aktualisasi berikutnya.
Tibalah waktu wisuda. Seluruh peserta wisuda kali ini berjumlah delapan ratus orang dari berbagai fakultas. Sebelum mengikuti wisuda akbar yang dilakukan universitas, terlebih dahulu aku mengikuti proses wisuda di fakultasku. Aku sangat terharu ketika namaku disebut sebagai peserta wisuda dengan masa tercepat dan lulus dengan predikat Coumloude. IPK terakhirku 3. 88 . aku bersama tiga rekanku dari jurusan yang berbeda. Satu dari jurusan matematika, satu dari jurusan biologi dan satunya aku dari jurusan bahasa indonesia.
Rasanya tak percaya tapi ini benar-benar terjadi. Aku berdiri dipanggung wisuda ini dan merupakan wisudawati terbaik. Di sudut sana aku melihat kedua orang tuaku selalu tersnyum bahagia. Bagiku inilah karunia luar biasa yang diberikan Allah padaku. Setelah karunia-karunia sebelumnya. Aku dapat menyaksikan kabahagiaan orang tuaku. Orang tua yang selama ini membesarkanku, menyayangiku dan memberikan semua kelelahan demi anak-anaknya. Ku lihat kadang bunda dan ayah berdiskusi . entah apa yang menjadi pembicaraan mereka.
Setelah selesai ceremoni di fakultas kami berarar menuju wisuda universitas. Tepat berada di depan kantor rektorat. Kulihat ratusan mahasiswa sudah siap mengikuti wisuda. Mereka duduk di kursi --kursi yang telah ditentukan panitia. Wajah-wajah dan senyuman bahagia selalu terlontar setiap ada orang yang mengucapkan selamat.
Aku duduk di barisan paling depan di fakultasku. Namaku tertulis jelas dikursi warna merah itu. " Rifana Guntoro, S.Pd ". Setelah melalui beberapa beberapa acara resmi kini tibalah saatnya kami akan maju persatu untuk menerima ijazah sarjana. Kembali namaku disebutkan sebagai lulusan terbaik dari fakultasku. Kini aku berdiri berjejer dengan puluhan mahasiswa lainnya dari fakultas yang berbeda yang mempunyai nilai IPK tertinggi. Sungguh pengalaman tak terlupakan.
Tepat jam dua belas siang acara wisuda selesai. Aku mencari kedua orang tuaku. Agak susah memang karena banyak orang-orang yang berjubelan untuk foto bersama teman, saudara dan keluarganya. Tiba-tiba tanganku di pegang oleh seseorang. Adikku , ya adikku telah menemukanku dan tersenyum padaku. Dibelakangnya ayah dan bunda tersenyum begitu melihatku. Ku peluk mereka kuucapkan terimakasih padanya. Sejak tadi pagi sebenarnya hal ini ingin kulakukan tetapi karna acara ceremoni aku tidak bisa bertemu langsung dengan ayah bunda. Antara kami peserta wisuda, undangan dan orang tua menempati tempat yang berbeda. Mungkin kedua orang tua kami hanya bisa menyaksikan dari jauh. Begitu juga dengan ayah bunda.
Seperti teman-teman lainnya aku pun melakukan foto bersama dengan keluargaku. Banyak sekali aku mendapatkan ucapan selamat dari teman-temanku. Aku pun sangat bahagia begitu banyak orang yang mendukungku bahkan ketua kelas ku, Chandra mengatakan salutnya padaku " si kutu buku " yang sekarang telah wisuda sementara dia belum. Padahal kami masuk diangkatan yang sama. " Hidup itu pilihan chandra" Â ungkapku. " kalau kamu lebih memilih berorganisasi , tapi kalau saya memilih cepat selesai kuliah, kamu juga akan wisuda, hanya masalah waktu." Lanjutku