Berangkat di sore hari, pesawatku mendarat di bandar udara kuala namo medan. Kami memang diberangkatkan dari medan oleh travel yang kami ikuti. Menginap satu malam di medan. Sore harinya baru terbang ke madinah. Perjalanan di pesawat dari medan ke madinah sekitar delapan sampai sembilan jam. Pukul dua puluh tiga kami berangkat dari medan sampai di madinah  pukul sembilan pagi.
Begitu pesawat garuda yang kutumpangi sudah berputar di atas kota madinah, dari atas aku menyaksikan bebatuan besar. Rumah-rumah penduduk dari atas seperti sobekan-sobekan kertas diantara bebatuan. Ya Allah... tak henti-hentinya aku bersyukur mengucapkan terimakasih pada Allah atas karunianya. Karunia Allah padaku sungguh tak pernah berhenti.
Pesawat mendarat di bandara King Abdul Aziz. Begitu sampai ke tanah madinah kembali aku bersujud syukur mengucapkan terimakasih pada Allah. Karena kehendak Allah lah yang membuatku sampai ke tanah madinah ini. Dari bandara kami di bawa dengan mobil-mobil besar menuju tempat penyeleksian paspor. Disini kami harus antri beberapa jam mengingat banyaknya orang --orang yang mau masuk ke kota madinah. Setelah melalui proses antri yang panjang tibalah giliranku untuk melakukan pengecekkan pasport. Ku lewati bagian iini dengan memberikan semua sidik jari, setelah selesai aku mengucapkan thank you pada petugas. Ku rasa dia tau apa arti kalimat yang kuucapkan. Karena itu bahasa internasional. Kulihat senyum diwajahnya. Lalu aku berada dikerumunan teman-teman yang sudah selesai melakukan pengecekkan pasport.
Setelah kloter kami selesai melakukan pengecekkan kami dibawa menuju kota madinah menaiki bus-bus pariwisata. Waktu yang diperlukan untuk sampai ke madinah tepatnya masjid Nabawi  selama empat jam perjalanan kami sampai di kota madinah pada sore hari. Rombongan langsung menuju ke hotel penginapan. Dari hotelku terlihat tower-tower masjid nabawi. Kumandang azan sempat menggetarkan kalbuku. Ya Allah... hari ini aku mendengarkan azan dari masjid madinah. Lalu kami bergegas menuju masjid. Aku melakukan sholat isya di masjid nabawi ini untuk pertama kalinya. Pertama memasuki ruangan masjid rasa kagumku berdecak. Sungguh besar kuasa Tuhan . Aku hanya bisa  menangis di masjid ini , masjid tempat panutan hidup kami di makamkan, Rosulullah Muhammad salalulahu alaihi wassalam. Ingin sekali aku cepat --cepat melakukan ziarah ke makamnya, Di Raudhah. Tetapi karena sudah malam tidak memungkinkan aku untuk pergi sendiri ke raudhah, maka kuputuskan besok pagi saja aku melakukan ziarah.
Keesokan harinya, setelah melakukan sholat shubuh di masjid nabawi kami berkumpul di hotel. Perjalanan kali ini dipandu oleh seorang ustazah yang berasal dari indonesia tetapi sudah lama bekerja di sana . beliau membimbing kami tentang aturan-aturan berziarah dan memberitahukan kondisi di dalam masjid nabawi kususnya di raudhah tempat makam nabi.
Seluruh manusia yang berasal dari belahan bumi , khususnya yang beragama islam pasti ingin ke sana, mengunjungi makam rosulnya. Panutan hidup yang kini menjadi cerita. Begitu juga dengan diriku. Begitu ada kesempatan tentu tidak kusia-siakan. Banyaknya manusia yang ingin berziarah ke makan rosul tidak membuat semangatku untuk mengambil posisi di depan. Sebelum antrian pada kami tiba, kami melakukan sholat sunat. Setelah antrian kami dipersilahkan  secara cepat aku mengambil kesempatan. Ya Allah begitu besar kekuasaanmu yang aku perlihatkan kepadaku. Kini aku bersujud di arraudhah. Tempat makam panutan kami. air mata ini mengalir terus tiada henti. Sujud ini rasanya tak mau aku akhiri. Aku tak pernah membayangkan akan bisa sujud di arraudhah ini. Tempat yang diimpikan oleh seluruh umat islam di dunia.
Kegiatan ziarah bersama bersama berakhir sudah, kami kembali ke hotel membawa cerita masing-masing. Namun bagiku aku masih berkeinginanan untuk melakukan ziarah-ziarah kembali. Keesokan harinya setelah melakukan sholat subuh aku kembali pergi ziarah ke makam rosululloh. Kali ini aku pergi sendiri. Pintu-pintu masuk yang sudah kuhafal semalam menjadi pedoman perjalananku hari ini. Keinginan untuk mengunjungi makam rosul menjadikan semangatku bertambah. Aku selalu ingin sholat di raudhah ini.
Begitulah hari-hariku dimadinah selama lima hari kumanfaatkan untuk memperbanyak ibadah. Karena kalau aku berada di indonesia tentu banyak kegiatan-kegiatan lain yang bersifat dunia  juga menjadi prioritas. Kesempatan ini benar-benar tak kusia-siakan untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
Setelah lima hari di madinah kami pun beranjak meninggalkan madinah menuju mekah untuk melakukan umroh. Perjalanan kami lewati selama delapan jam melalui kendaraan darat. Dikanan kiri aku melihat tumpukan batu dan pasir membentang tak berbatas. Inilah pemandangan dan ciri khas kota mekah. Bebatuan dan pasir yang mendominasi.
Sebelum menjalankan umroh kami mengambil miqod di biir Ali. Ibadah umroh yang baru pertama kali kulakukan ini merupakan perjalan terindahku dalam beribadah. Melaksanakan perintahNya. Kali ini aku benar-benar melihat kakbah dari dekat bahkan memegangnya. Tidak hanya bisa melihat gambar yang tertempel seperti di dinding-dinding sebagai hiasan di rumah-rumah. Kakbah .. rumah  Allah yang tak pernah tidur. Selama dua puluh empat jam selalu ada orang yang melakukan tawaf Mengelilingi kakbah. Benar-benar kota tak pernah mati.
Perjalanan umroh selama empat belas  hari pulang pergi, telah menjadi kado terindah dari profesiku sebagai guru. Profesi yang menjadi sumber penghasilanku dan Profesi yang memberi banyak ilmu padaku dan melalui  guru aku bisa bertemu dengan kakbah. Bisa bertemu sesama guru yang merupakan sumber ilmu. Bisa banyak teman, menambah persaudaraan.