Mohon tunggu...
Surikin SPd
Surikin SPd Mohon Tunggu... Guru - Ririn Surikin

Terus Belajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rifana

22 Januari 2022   19:50 Diperbarui: 22 Januari 2022   19:52 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

 Walau pun kami saling bersaing, tetapi persaingan kali ini terasa sangat sehat. Kami saling membantu untuk melengkapi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk melengkapi bahan uji. Saling memberi dukungan satu sama lain. Keakraban pun semakin hari semakin erat. Aku mendapatkan teman-teman baru dan saudara-saudara baru  yang  mempunyai segudang pengalaman dan segudang prestasi.

Satu persatu kami mempresentasikan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yang kami buat di depan dewan penguji. Sebelum mempresentasikan PTK terlebih dahulu kami mengikuti tes tertulis sesuai mata jenjang tingkatan. Tentu soal-soal yang disajikan untuk guru-guru SD dan SMA berbeda. Ilmu mengajar dan pedagogik guru tentu harus kami kuasai agar bisa menjawab soal-soal yang diberikan. Selesai mengikuti tes tertulis kami di beri waktu beberapa saat untuk mempersiapkan bahan presentasi.

Tibalah giliranku untuk mempresentasikan PTK yang ku buat. Dagdigdugder rasa detak jantung ini. Ini adalah pengalaman pertamaku lomba guru prestasi, detak jantung yang kurang normal ku siasati untuk memandang seluruh dewan juri. Ketika mendapat senyuman dari seorang juri maka detak jantungku mulai stabil. Ku mulai memberikan penjelasan tentang latar belakang, tujuan penulisan, sasaran  dan target apa yang kuinginkan dalam penelitian ini. Ketika di permasalahan dan pembahasan masalah begitu lancar kata dan kalimat keluar dari bibirku. Terbayang saat aku melakukan penelitian, bekerjasam dengan siswa-siswiku. Terbayang wajah-wajah mereka yang membuatku bertambah semangat. Sampai akhirnya daftar pustaka menjadi bagian penutup dari presentasiku.

Sewaktu aku melakukan presentasi, ku lihat juri menggut-manggut. Aku tidak tau apa arti anggukannya. Apakah dia mengerti dengan penjelasanku? Batinku. Ada juga juri yang mencoret --coret kertas , entah apa yang ditulisnya, hanya dia yang tau. Aku mendapatkan kurang lebih sepuluh pertanyaan dari dewan juri. Untungnya pertanyaan-pertanyaan mereka bisa ku jawab karena memang ku lakukan selama melakukan penelitian. Mendengar jawabanku yang begitu lancar ada dewan juri yang tersenyum kembali aku tak tau apa arti senyumannya.

Aku sudah berusaha, sudah berdoa selanjutnya ku serahkan kepada Allah bagaimana hasilnya.  Sebelum malam pengumuman dilaksanakan aku disuruh melakukan satu tampilan. Aku yang hobi membaca puisi berencana untuk membaca puisi. Dukungan juga kuperoleh dari teman-temanku. Apalagi aku guru bahasa indonesia.

Dipuncak kegiatan aku membacakan satu puisi, kali ini puisi yang kutulis sendiri yang bertema " GURU". Guru pahlawan tanpa tanda jasa, yang selalu tulus ikhlas berbagi ilmu kepada siswa-siswinya. Puisi guru yang kubacakan telah berakhir. Tepuk tangan yang kudengar dari teman-teman kembali mengingatku pada beberapa puluh tahun lalu ketika mengikuti lomba FLS2N. Memori itu kembali hadir.

Tibalah saat pengumuman pemenang. Dimulai dari tingkat SD, SMP, SMA. Namaku ada di urutan satu di tingkat SMA. Kembali Allah memberiku rezeki, rezeki menjadi juara satu tingkat SMA. Setelah selesai level pengawas, maka diumumkan juara umum. Juara umum ini diambil dari jumlah nilai terbesar dari semua tingkat. Aku lupa nilai siapa yang paling besar, bagiku aku sudah menuju propinsi aja itu sudah cukup. Tanpa harus memikirkan lagi menjadi juara umum. Tetapi pengumuman itu pun terus berlanjut. Juara umum tiga di peroleh oleh guru SMP. Juara umum dua guru SD. Dan juara umum satu dari guru tingkat SMA. Begitu di sebut guru tingkat SMA darahku berdesir. Mustahil. Pikirku. Tetapi kalau tingkat SMA tentu namaku yang akan di panggil karena aku juara satu tingkat guru SMA,dan itu benar-benar terjadi namau Rifana Guntoro menjadi pemenang satu dan mendapatkan hadiah Umroh bersama ketiga rekan lainnya.

Sontak aku melakukan sujud syukur, berterimakasih pada Sang pemberi hidup Allah, SWT. Umroh hadiah yang luar biasa. Aku yang tak memikirkan akan jadi pemenang benar-benar kaget dengan hasil yang ku peroleh. Rasanya kaki ini sudah tidak menginjak tanah. Aku benar-benar larut dalam kebahagiaan.

Begitu hadiah dalam bentuk simbolis aku terima, aku langsung menghampiri keluargaku yang sedang menunggu di belakang. Ku peluk anak-anakku, hanya airmata yang mengalir, kaliamat pujian Alhamdulillah itu yang selalu ku ucapkan. Kuhampiri ayah bunda, dan suamiku. Satu persatu mereka mengucapkan selamat. Rona wajah bahagia terpancar di wajah-wajah mereka.  Anak-anakku si balita-balita pemberi semangat merengek memintaku menggendongnya. Aku  pun melakukan itu dalam tatapan matanya kusaksikan keteduhan. Diwajah lugunya tersembul kebahagian. Maklumlah kami sudah tidak bertemu selama tiga hari, Selama aku mengikuti karantina guru berprestasi.

Hadiah umroh yang diberikan pemda kabupaten kepadaku karena memiliki nilai tertinggi telah tiba. Hadiah yang tak  pernah kubayangkan sebelumnya. Ikhlas berbuat tanpa mengharap imbalan. Mencari pengalaman itu yang terpenting. Tetapi Tuhan berkata lain, aku diizinkah ke baitullah melaui guru prestasi. Setiap mengenang kucuran nikmat Tuhan ini hatiku menangis, betapa Allah sangat sayang kepadaku.

Aku berangkat ke mekah dengan suamiku. Kedua putri kecilku ku titipkan pada bunda. Sebenarnya aku bersedih pergi meninggalkan mereka. Rasanya aku ingin membawa mereka bersama, tetapi saat ini kondisi biaya kami memang belum mencukupi. Apa boleh buat kata bunda aku pergi dulu dengan suamiku untuk mencari pengalaman. Nanti kalau sudah ada rezeki kita pun pergi bersama. Aku seratus persen percaya menitipkan anakku pada bunda. Bunda yang lebih menyayangi cucu-cucunya sangat bisa ku andalkan. Selama ini kalau aku mengikuti pelatihan bundalah tempatku bergantung dan menitipkan anak-anakku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun