Mohon tunggu...
Surikin SPd
Surikin SPd Mohon Tunggu... Guru - Ririn Surikin

Terus Belajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rifana

22 Januari 2022   19:50 Diperbarui: 22 Januari 2022   19:52 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bagiku masa tiga tahun di SMP merupakan masa-masa terberat  karena hukuman bunda. Tapi dalam kesendirianku tanpa bunda aku dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangi. Guru-guru yang sangat mengerti dengan keadaanku, teman-teman yang selalu menghbundarku, bahkan tiada satu pun yang mengejekku. Aku tak tau apakah mereka membicarakan keluargaku saat dibelakangku atau tidak. Tapi di depanku hal itu tidak pernah terjadi. Bagiku teman SMP ku adalah teman-teman terbaikku.

 

 

 

KEKUATAN CINTA 

Masa-masa indah ketika di SMP stinggal menjadi kenangan. Hal itu tak mungkin terulang sebagaimana waktu yang tak pernah berputar mundur. Waktu tak akan memutar ulang. Biarlah menjadi kenangan yang perpampang di album nostalgia.

Aku harus terus berjalan mengikuti arah mata angin, melangkah perlahan namun pasti menuju sekolah masa depan sekolah yang penuh harapan. Sekolah tempat menimbal ilmu pengetahuan. Berpacu dengan waktu mengejar ketertinggalan. Sekolah yang menjadi impian para pelajar. Aku sangat beruntung bisa sekolah disini. Persaingan yang berat untuk mendapat sebuah kursi. Kursi pelajar yang tmenjadi incaran orang. Bla kita terlena maka siapapun sigap untuk menerkam.

Kali ini suasana yang berbeda ku hadapi. Kalau dulu aku tinggal bersama keluarga, kini aku tinggal diasrama. Berbaur dengan teman-teman dari daerah yang berbeda tetapi memiliki satu tujuan yaitu pendidikan. Kebiasaan hidup nikmat ditengah keluarga kini harus terlupakan. Kini aku bisa mengambil  manfaat atas kejadian beberapa tahun yang lalu yang menimpa keluargaku. Kini hikmahnya ku rasa. Kebiasaan mengurus diri sendiri dan mandiri karena ketiadaan bunda telah terlatih dan tidak merasa canggung di asrama.

Kehidupan diasrama dituntut harus mandiri, harus bisa bagi waktu dan memanfaatkannya. Semua yang berurusan pribadi harus dikerjakan sendiri, mencuci baju, menyetrika, mencuci piring dan jadwal yang padat harus seimbang dilakukan. Masih ada keuntungannya juga kita tinggal di asrama. Kalau dulu aku hanya berdua dengan adikku, kini dikamar aku berjumlah enam orang. Tentu temanku kini bertambah apalagi kami seusia. Banyak persamaan pikiran yang kami lakukan. Aku bisa sharing tentang pelajaran, kesulitan-kesulitan akan menjadi lebih ringan bila dikerjakan bersama. Kekeluargaan di asrama semakin kental. Karena, rasa senasib seperjuangan, merantau di negeri orang. Kadang kangen dengan keluarga dirumah kangen wajah ayu bunda, kangen suara ayah yang selalu melantunkan ayat-ayat suci. Kangen sikap adikku yang lucu dan menggemaskan. Tapi sikap teman-temanku disini membuat kangen itu memudar. Apalagi kalau kami sudah mengumpul diasrama maka ada saja yang menjadi bahan tertawa.

Pagi-pagi kami harus sudah sampai di sekolah sebelum jam tujuh, karena proses pembelajaran dikelas jam tujuh sudah dimulai. Apabila kami terlambat maka kami tidak diizinkan untuk mengikuti pelajaran di dalam kelas. Peraturan yang diterapkan disini tidak berbeda jauh dengan sekolah SMP ku dulu. Untungnya aku terbiasa dengan kedisiplinan yang diterapkan di sekolahku ini.

Di SMA ini aku mengikuti ekstrakurikuler bahasa indonesia. Bekal membaca puisi yang kumiliki sejak SMP ingin kutingkatkan. Ada obsesi padaku aku ingin sampai ke tingkat nasional, in sha Allah. Sebenarnya ada beberapa jenis ekstra di bahasa indonesia antara lain, cipta cerpen, musikalisasi puisi , cipta puisi serta baca puisi. Semua berhubungan dengan puisi tetapi aku lebih tertarik pada pembacaan puisi. Dibimbing oleh Pak Fahry aku mulai mempelajari tata cara menginterpretasi puisi. Biasanya interpretasi dalam puisi ini merupakan nilai tertinggi ketika kita membaca puisi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun