Mohon tunggu...
Surikin SPd
Surikin SPd Mohon Tunggu... Guru - Ririn Surikin

Terus Belajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rifana

22 Januari 2022   19:50 Diperbarui: 22 Januari 2022   19:52 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sampai pada suatu hari, tengah asyiknya kami belajar, aku dipanggil oleh salah seorang guru untuk keruangan piket. Disana aku melihat pak ziyad, tetangga kami. aku memanggilnya Om Ziyad. Kaget juga aku melihat kedatangan Om Ziyad. " Mbak Ana, Kita ke rumah sakit sekarang ya, Ayah Mbak Ana di rawat ." tutur Om Ziyad. Lembut. Kelembutan kalimat Om Ziyad ini tidaseperti yang ku rasakan bagiku ini dentuman kears. Belum sempat aku bertanya  Bu tuti Guruku sudah  menimpali. " Sekarang kamu ke asrama, ganti baju lalu ikut bapak ini ke rumah sakit." Tanpa komando lagu aku mengangguk dan langsung berlari menuju asrama untuk mengganti baju. Belum lima menit aku sudah sampai kembali ke tempat piket dengan nafaas tersengal-sengal. Aku pun langsung menuju mobil Om Ziyad. Setelah masuk ke mobil tak sabar aku pun bertanya kepad omziyad tentang sakit ayah. Om Ziyad hanya tersenyum menenangkanku dan menjawab tidak sakit apa-apa hanya kecapekkan dan perlu di rawat. Aku pun agak tenang mendengar jawaban Om Ziyad.

Sesampainya di rumah sakit aku di bawa Om Ziyad dalam satu ruangan. Ruangan ICU. Berbunda pertanyaan menggangguku. Mengapa kalau sakit biasa ayah dirawat di ICU? " Om ini tidak salah ruangan tanyaku. Tapi lagi-lagi Om Ziyad hanya tersenyum.

Dari jauh ku lihat bunda, ditangannya memegang satu benda. Sepertinya buku. Oh tidak itu bukan buku tapi alquran. Ku peluk bunda, air mataku mengalir. Begitu juga dengan bunda. Kami berpelukan sangat erat dan tak mau terpisahkan. Setelah sekian lama aku tau dari cerita bunda tentang keadaan ayah. Ternyata ayah mengalami gangguan ginjal.satu ginjalnya kurang berfungsi maksimal. Itu yang menyebabkan ayah sering mengeluh tentang sakitnya. Tiba-tiba ayah lemas. Selama ini aku tidak tau kalau ayah mempunyai penyakit ini. Mungkin hal sengaja dirahasiakan oleh ayah dan bunda.

Aku tidak bisa langsung menjenguk ayah. Di ruang ICU ini ada jam besuknya. Tidak setiap saat kami bisa mendampingi ayah. Semua kami percayakan pada perawat-perawat dan dokter yang ada di ruanagan ini. Tepat jam sebelas aku baru dibolehkan untuk melihat ayah. Ya Allah... ayah terbaring lemah di tempat tidurnya. Berbagai alat menempel pada bagian tubuhnya. Entah alat apa saja itu aku pun tak tau. Aku menangis di kaki ayah memohon maaf padanya. Memeluk dirinya. Saat ini ayah dalam keadaan koma. hanya air mata ku lihat  mengalir dipipinya. Mungkin ayah tau dengan kehadiranku. Tapi koma yang alaminya membuat batas diantara kami. aku hanya bisa menangis . hatiku sangat terluka melihat keadaan ayah. Kalau bisa bertukar peran biarlah aku yang sakit ayah... demikian kalimat terkhirku pada ayah.

Waktu besuk pun dibatasi kami hanya diberi waktu dua jam siang ini, itu pun kami masuk secara bergantian. Hanya boleh dua orang yang menjenguk. Setelah aku dan bunda keluar dari ruanagna dilanjutkan oleh Om Ziyad dan istrinya. Kembali tangisku pecah di ruang tunggu ini. Ayah... seorang yang sangat ku sayangi, malaikat pelindungku, ayah yang sempurna bagiku. Teringat kembali ketika aku hanya berdua sama ayah ketika bunda ku di hotel prodeo beberapa waktu lalu. Dua tahun bersama ayah menjadi kenangan yang tak luntur oleh waktu. Ayah yang selalu membmbingku, menjadi teman bagiku, melepas kesepian karena tiadanya bunda. Kini dia hanya terbujur tak berdaya.

Setelah melihat ayah di ruang ICU bunda di panggil perawat yang mengatakan dokter mau ketemu. Lalu bunda menemui dokter yang merawat ayah. Aku tak tau apa yang dikatakan dokter pada bunda. Aku hanya berharap ayah bisa sembuh dan pulih seperti semula.

Keluar dari ruangan dokter, aku tak sabar dan langsung bertanya pada bunda . kata bunda ayah sudah ada perubahan. Ada kemajuan,semoga ayah cepat sadar karena melihat respon yang diberikan ayah. Ya. Aku teringat ketika aku datang tadi ayah mengeluarkan air mata. Berarti ayah merespon kehadiranku. Ya Allah... Semoga Ayah lekas sembuh.

Dua hari aku tidak sekolah  menemani bunda di rumah sakit dan menjaga ayah. Tepat di hari keempat di rumah sakit ayah bisa melewati masa koma. dan dipindahkan ke kamar perawatan. Tentu saja hal ini membuatku bahagia. Kini setiap saat aku bisa bersama ayah. Bercerita padannya. Ikut merasakan sakitnya. Ginjal ayah yang kurang berfungsi di bagian kiri, memang harus dijaga ketat terutama  lewat makanan yang dikonsumsi ayah. Kalau kadar gula ayah naik maka berpengaruh pada ginjalnya. Aku dan bunda sering bertanya pada ahli gizi di rumah sakit ini tentang makanan-makanan apa yang boleh dikonsumsi ayah, yang tidak menyebabkan kadar gula ayah naik.

Selama dirumah sakit pola makan ayah betul-betul terjaga. Makanan yang konsumsi ayah merupakan makanan sehat dari ahli gizi. Ibuku sering memperhatikan setiap perawat membawakan makanan untuk ayah.  Sebenarnya ayah boleh makan apa saja asalkan penyajiannya tidak berlebihan mengandung minyak, tidak boleh terlalu asin dan tidak boleh terlalu manis. Gula yang dikonsumsi ayah juga sebaiknya gula jagung, sedangkan minyak yang digunakan sebaiknya minyak zaitun. Bunda mengikuti semua saran dari dokter. Semua bunda lakukan demi kesehatan ginjal ayah.

Aku tau kalau ayah sudah sejak lama mengidap penyakit gula. Tetapi aku tidak tau kalau penyakit itu kini menyerang organ penting yang ada dalam tubuh ayah yaitu ginjal. Ginjal di dalam tubuh kita terdiri dari dua, sebelah kanan dan sebelah kiri. Ketika ginjal ini sudah tidak berfungsi maka kita akan dianjurkan untuk cuci darah. Menurut hasil USG ginjal ayah sudah tidak berfungsi satu bagian. Itulah yang menyebabkan ayah koma. tetapi dengan perawatan dokter ayah bisa bertahan dan sembuh dari koma. mungkin juga semangat ayah untuk hidup tinggi. Maka ia berusaha melawan dan bangkit dari penyakitnya.

Tepat di hari ketujuh ayah sudah diizinkan dokter untuk pulang. Kali ini aku bersedih lagi karena aku harus berpisah dengan ayah dan tidak bisa membantu ayah. Aku harus kembali ke asrama, melanjutkan sekolahku. Sementara ayah harus pulang ke rumah. Bunda ku yang bijaksana selalu menghiburku. Tutur lembut bunda membuatku tenang dan aku yakin bunda akan maksimal mengurus ayah. Hanya sebagai seorang anak tentu aku ingin mengabdi pada orang tua. Aku ingin merawat ayah. Tapi apa daya aku tak mampu . tak mampu melawan takdir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun